Putri Marino, Merasa Tak Bisa Akting Malah Jadi Aktris Terbaik FFI 2017

Wayan Diananto | 18 November 2017 | 06:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Putri Marino awalnya merasa tak bisa akting saat mendapatkan peran di film Posesif.

“Kayaknya gue enggak bisa akting. Beban dan tanggung jawab gue di film ini terlalu besar. Kayaknya gue enggak bisa memenuhi ekspektasi mereka,” begitu Putri Marino (24) membatin. 

Kala itu, proses produksi film Posesif baru dimulai. Putri Marino berpikir, andai ia mundur pun, produser dan sutradara masih punya waktu untuk mencari penggantinya.

Siapa sangka, keraguan Putri Marino di awal, berbuah Piala Citra sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2017.

Di kategori itu, Putri marino bersaing dengan Adinia Wirasti (Critical Eleven), Dian Sastrowardoyo (Kartini), Sheryl Sheinafia (Galih dan Ratna), dan Tatjana Saphira (Sweet 20).

Saat nominasi FFI 2017 diumumkan dan namanya masuk dalam nominasi, Putri syok.

“Saya diam sekitar 5 menit, berpikir ini nominasi apa dan apa yang akan terjadi sesudahnya. Kemudian saya senang. Makin senang karena Posesif mendapat 10 nominasi termasuk Film dan Sutradara Terbaik. Bahkan kedua pemeran pendukungnya pun mendapat nominasi. Padahal motif saya berakting, iseng. Awalnya, saya presenter My Trip My Adventure. Suatu hari, manajer memberi tahu saya, 'Ada audisi film, kamu mau ikut, enggak?'” cerita Putri di Jakarta.

Aktris kelahiran 4 Agustus ini mengikuti audisi tanpa ekspektasi. Di ruang audisi, ia diminta melakonkan adegan Lala mengerjakan ujian susulan di ruang guru kemudian bertemu Yudhis yang mengendap-endap untuk mengambil sepatunya. Cara Putri membawakan adegan itu memikat perhatian sutradara dan direktur audisi. Peran Lala dipercayakan kepadanya. 

Saat Posesif diputar khusus untuk pers, banyak pengamat film memuji aktingnya. Mereka menilai Putri berhasil meraih nominasi FFI berkat kegigihannya, dari mempelajari karakter Lala hingga menghidupkannya di depan kamera. Lala dikisahkan siswi SMA sekaligus atlet loncat indah yang kerap bertarung di kejuaraan tingkat nasional.

Untuk karakter ini, Putri belajar loncat indah selama sebulan bersama para atlet nasional. Mulai dari melenturkan tubuh, pasang kuda-kuda sebelum melompat, belajar terjun dari ketinggian 5 meter, 7,5 meter, hingga 10 meter. 

Selain itu, Putri Marino menjalani reading naskah selama 1,5 bulan. 

“Saya takut dan grogi kali pertama reading. Tiga lawan main saya (Cut Mini, Adipati Dolken, dan Yayu Unru) peraih Piala Citra. Melihat mereka, saya terintimidasi, seperti anak bawang. Saya khawatir tidak bisa mengimbangi akting mereka dan tidak bisa memaksimalkan setiap adegan,” dia mengenang. 

 

(wyn / gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait