Sutradara Tahun Ini: Joko Anwar (Pengabdi Setan)

Wayan Diananto | 30 Desember 2017 | 21:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pengabdi Setan, salah satu monumen dalam sejarah film Indonesia. Sampai artiel ini disusun, ia menjadi film terlaris tahun ini (meraih 4,2 juta penonton) dan menjadi horor terlaris sepanjang sejarah. Pencapaian gemilang ini tidak akan terjadi jika bukan Joko Anwar (41) sutradaranya. Sebagai penggemar Pengabdi Setan versi klasik (Sisworo Gautama, 1980), ia tahu apa yang hilang dan semestinya ada di film yang melambungkan karakter Bibi Darmina itu.

Yang hilang adalah penyebab mengapa ibu meninggal. Lalu, Joko Anwar merekayasa sebuah cerita tentang mengapa ibu meninggal. Ia memberi latar yang lebih terang tentang siapa ibu sebenarnya, berikut profesi, dan pencapaian sepanjang hidupnya. Tak sekadar menggagas prekuel yang jenius, Joko menerjemahkan cerita itu menjadi gambar bergerak dengan kualitas visual maupun suara di level jempolan.

Kita tahu, kasta film horor Indonesia lima tahun terakhir terjun bebas. Belasan artis yang kami wawancara enggan mengiakan tawaran main film horor dengan alasan, genre memedi di Indonesia identik dengan adegan “esek-esek”. “Justru, horor bisa menjadi roda penggerak industri film yang kini disebut ekonomi kreatif,” tepis Joko Anwar kepada tabloidbintang.com di Jakarta, bulan lalu.

Horor, kata Joko Anwar, kelak bisa menjadi genre paling populer. Itu hanya bisa terjadi jika ia digarap serius. Ceritanya logis, akting pemainnya tidak asal panik, tata suaranya tidak asal nyaring, dan setannya jangan "banci tampil". Pengabdi Setan versi Joko kemudian menjadi standar baru horor Indonesia.

Beberapa aktor muda kini menetapkan syarat sebelum mengiakan tawaran main film horor. "Saya mau membintangi film horor asal sutradaranya Joko Anwar,” ujar seorang aktor. Dalam kesempatan berbeda, seorang aktris cantik memberi tahu kami, “Saya tidak masalah dengan genre horor. Asal, penggarapannya sebagus Pengabdi Setan.” Di tangan Joko Anwar, horor menemukan martabatnya kembali. Horor bukan lagi aib bagi industri layar putih.

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait