Helga Angelina: Menebar Pesan Cinta Lingkungan Lewat Makanan

Agestia Jatilarasati | 18 Februari 2018 | 11:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Masalah lingkungan termasuk perubahan iklim menjadi isu sensitif saat ini. Ajakan untuk ramah lingkungan menggaung di sana-sini, tetapi keadaan bumi belum juga membaik.

Pemilik bisnis makanan berbasis nabati Burgreens, Helga Angelina (27) mengatakan, apa yang dimakan manusia berdampak bagi lingkungan.

Helga Angelina menjadi vegetarian sejak usia 15 tahun. Keputusan itu diambil karena sejak kecil ia menderita sejumlah penyakit dari sinusitis, asma, hingga eksim kambuhan akibat alergi.

Keadaan itu mengharuskan Helga mengonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang yang berdampak pada menurunnya fungsi ginjal dan hati.

Lelah bergaul akrab dengan penyakit, Helga mencari tahu soal pola hidup sehat. Buku Food Combining karya Andang W. Gunawan memberinya jalan keluar.

“Menurut buku itu, tubuh manusia didesain untuk mengonsumsi 85 sampai 100 persen makanan berbasis nabati. Makanan berbasis nabati dapat membantu tubuh menyembuhkan diri sendiri. Dua tahun sejak saya mengganti pola makan, penyakit berangsur hilang,” bilang dia.

Melihat respons positif tubuh terhadap pola makan sehat yang diterapkan, Helga makin bersemangat mempelajari pola hidup sehat kemudian memutuskan menjadi vegan empat tahun silam.

Menurutnya, vegan dan vegetarian berbeda. Vegetarian masih mengonsumsi produk telur dan susu, sedangkan vegan tidak mengonsumsi makanan turunan dari hewani.

Komitmen menjadi vegan menebal setelah Helga menonton film dokumenter Cowspiracy: The Sustainability Secret (Kip Andersen dan Keegan Kuhn, 2014).

Film ini menjelaskan efek makanan terhadap lingkungan. Selain film, Helga mencermati hasil penelitian PBB tahun 2010  yang menyebut salah satu penyebab perubahan iklim, perternakan hewan untuk makanan manusia.

“Sebenarnya Albert Einstein pernah mengatakan hal yang sama. Contohnya, polusi. Polusi yang dikeluarkan hewan ternak jumlahnya 51 persen dari jumlah seluruh polusi di dunia. Sementara kontribusi alat transportasi dalam menyumbang polusi dunia hanya sekitar 13 persen,” urai Helga Angelina. 

(ages / gur)

Penulis : Agestia Jatilarasati
Editor: Agestia Jatilarasati
Berita Terkait