Cerita Randy Pangalila saat Ditawari Tarung di MMA

TEMPO | 15 Februari 2018 | 09:50 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Randy Pangalila banjir pujian di tampilan perdananya pada ajang tarung bebas (MMA). Tampil dalam acara  bertajuk "Celebrity Match di One Pride Mixed Martial Arts Fight Night 16", akhir pekan lalu, Randy mampu mengalahkan Fajar Ibel dalam waktu 39 detik.

Randy Pangalila berkisah soal pengalaman dia menjelang pertarungan tersebut. Saat itu ia merasa tak memiliki banyak waktu berlatih. “Gue langsung deg-degan karena tahu Ibel latihannya sudah lebih dari sebulan,” ujar Randy, saat dihubungi, Senin, 12 Februari 2018.

Saat dikabari ada Celebrity Match dan tahu lawannya adalah Fajar Ibel, Randy Pangalila merasa hal itu adalah yang ia tunggu-tunggu selama ini. “Gue latihan MMA buat apa kalau enggak masuk ke pitch yang serius,” kata Randy.

Waktu ditawari itu, kata Randy Pangalila, dia tidak berpikir lagi. “Ya gue masuk, I’m in, tapi gue cuma nanya, mulainya kapan, bro? ‘Bulan depan’,” tutur Randy.  

Randy Pangalila mengatakan hanya punya waktu sebulan untuk mempersiapkan diri sebelum bertanding. Dalam waktu satu bulan itu, ia sedang menjalani syuting selama dua minggu di Yogyakarta sehingga ia hanya punya waktu dua minggu untuk berlatih.

Max Metino, coach (pelatih) Randy tidak keberatan dan membiarkannya menyelesaikan syuting selama dua minggu. Randy mengaku intens menjalani latihan hanya dalam dua minggu itu. “Itu setiap hari. Sebenarnya gue terlambat sebulan latihan,” ujar Randy.

Randy berujar sangat suka dengan pelatihan yang diberikan Max Metino di Warrior Fight Camp,  Kelapa Gading. Tapi setiap kali dia latihan dalam dua minggu terkahir itu, Randy semakin melihat tempat itu seperti neraka. “Man, this is hell. Ini neraka kecil gue. Ketika masuk itu, gue seperti akan mati.”

Selama berlatih, Randy mengatakan, teknik dan fisik di-drill. “Mau berangkat latihan itu sudah seperti mau perang. Gueharus bisa melawan diri gue sendiri.”

Ia menceritakan, sebelum bertanding, persiapan sudah mati-matian, kalau kecolongan, atau kalah, maka itu adalah hal yang biasa terjadi saat pertandingan. “Waktu masuk ke situ, gue disiksa habis-habisan selama dua minggu.”

Ia juga ingin berterima kasih atas sparring partner, yang kata Randy, telah membantunya setiap hari. Ia menyebut mereka seperti membunuhnya. “Karena gue tidak diberi rasa kasihan di situ. Mereka mengingatkan, gue cuma punya waktu dua minggu, kalau gue mengasihani diri sendiri, gue akan mati di cage. Lebih baik mati di sini daripada mati di cage,” tutur Randy.

Menurut Randy, latihan yang ia jalani di tempat itu sangat keras. “Latihannya, sih, gila-gilaan. Gue harus terbiasa dengan yang namanya kena pukulan.”

Lebih jauh, Randy mengatakan pukulan itu merupakan hal yang biasa dalam olahraga ini. “Jangan merasa terkejut dengan sebuah pukulan. Sama halnya kalau berenang, ya, sudah pasti basah.”

Randy sebut bahwa hal itu adalah konsekuensi yang harus diterima. “Sama saja kalau mau jadi atlet MMA, ya, sudah pasti kena tonjok. Harus senang dengan yang namanya kena tonjok.”

Aktor itu pun tidak merasa puas setelah mengalahkan Fajar Ibel dalam 39 detik.  Ia menunggu pertandingan selanjutnya dan bersedia melakukannya beberapa kali. “Gue tunggu sekarang. Gue suka banget soalnya,” ujar Randy Pangalila.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait