Belajar dari Perjuangan Pengusaha Kripik Ricky BM, Yuk Berwirausaha di Masa Pandemi

Vallesca Souisa | 15 Juni 2020 | 22:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pandemi Corona telah meluluh lantakkan perekonomian dunia dalam sekejap. Perusahaan tak bisa beroperasional normal. Banyak karyawan ter-PHK. Banyak profesi stuck, penghasilan menyurut drastis. Mengeluh, mengasihani diri, tak menyesaikan tagihan yang terus berjalan. Dari pada putus asa, lebih baik tetap berpikir positif. Kalau memang tempat di mana kita bekerja tutup, mengapa tidak memanfaatkan masa Pandemi ini untuk belajar usaha kecil-kecilan? Jangan berharap pada orang atau sebuah institusi. 

Memang banyak yang takut buka usaha sendiri. Dengan dalih modal, dengan dalih usaha itu enggak gampang.  Memang enggak ada yang mudah, semua butuh perjuangan. Dan tentunya, semua dimulai dari nol, dari hal yang paling sederhana. Contohnya, berjualan. Kami bertemu anak muda, berusia 31 tahun, Ricky BM namanya. Usahanya bermula dari jualan kripik saat SMA. Bahan bakunya sederhana, terigu, telur, garam dan merica, lalu diberinya nama Kripik Moring Bagja. “Saya masih ingat jualan kripik itu awalnya pas SMA di Cimahi, saya jualan kripiknya dari rumah ke rumah dengan perjuangan,” kenang Ricky. 
Kalau dipikir kripik, lho. Untung per kripiknya berapa? Tapi ini ditekuni. Kalau jual satu atau dua kantung keripik mungkin untungnya tak terasa. Makanya, harus memotivasi diri menjual sebanyak-banyaknya. “Perjuangan saya enggak jauh beda dari kisah di sinetron. Selepas SMA masih jualan kripik, dulu naik motor, keripiknya di taruh di keranjang gitu, lalu jualan dari rumah ke rumah. Terkadang, kehujanan, kebasahan juga keripiknya, melempem. Apapun usaha yang kita lakukan ada risikonya dan pastinya harus melalui perjuangan,” ungkap Ricky. 
Ricky enggak keberatan jualan dari pintu ke pintu, dari mulut ke mulut. Padahal almarhum ayahnya juga punya usaha toko besi. “Mau usaha sendiri, harus ulet, mau melakukan segala sesuatunya sendiri. Kebetulan saya senang melakukan ini semua, dan dari sini saya jusrtu banyak belajar” ujarnya.  Karena ia diminta juga untuk meneruskan usaha ayahnya. 
Dari jualan kecil-kecilan, memang perlahan usaha kripiknya ini berkembang. Didukung keluarga juga, semasa kuliah kripiknya menemukan sistem penjualan yang lebih efektif, dan dia belajar buka usaha gunting rambut atau barbershop. Menurutnya, proses hidup tak luput dari belajar. Itu kalau mau sukses, ya. Kalau mau enak-enakkan saja, pastinya enggak akan pernah maju. 
Kini, dalam sebulan Ricky bisa mendapat omset 30 juta rupiah per bulan dari usaha kripik dan barbershop-nya. Disamping berjualan, Ricky juga punya visi membantu sesama maupun keluarga. “Saya ingin mensejahterakan warga Sumedang. Ya dengan membuka beberapa tempat usaha lagi, saya ingin bisa memberikan lapangan pekerjaan seluas-luasnya kepada masyarakat. Membantu mereka yang butuh pekerjaan dan yang mau belajar,” bilang Ricky. 
Ia juga memotivasi anak-anak muda untuk berani mengambil kesempatan berwirausaha. Mulailah dari hal-hal yang disukai, dari hal-hal kecil. Misalnya suka memasak, coba jual masakan tertentu. “Kuncinya harus konsisten, rajin, dan tahan banting.” Khusus untuk dunia kuliner, seperti dirinya yang berjualan kripik juga harus hati-hati, menjaga kualitas bahan. “Perlu juga diuji coba keamanannya, dites di laboratorium, dan memang layak konsumsi,” kata Ricky. 

Penulis : Vallesca Souisa
Editor: Vallesca Souisa
Berita Terkait