Heboh Uninstall Go-Jek, Tak Semua Netizen Setuju Hapus Apps

TEMPO | 15 Oktober 2018 | 18:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pembahasan netizen terkait aplikasi pemesanan layanan transportasi online Go-Jek, dengan gerakan tagar #UninstallGojek sejak akhir pekan lalu hingga kini masih sangat kencang. Terbukti sampai sekarang di linimasa Twitter masih ramai komentar dengan hashtag tersebut.

Seperti diketahui, banyaknya netizen yang menyerukan uninstall aplikasi Go-Jek muncul mulai Jumat (12/10) pekan lalu merespons pernyataan dari petinggi perusahaan aplikasi penyedia jasa layanan transportasi online itu, Brata Santosa. 

Dalam postingannya di akun Facebook pada Kamis malam, 11 Oktober 2018 lalu, Brata menyebutkan bahwa Go-Jek terbuka akan perbedaan, salah satunya adalah terhadap kelompok Lesbian, Gays, Biseks, dan Transgender atau LGBT. Go-Jek, kata Brata, memiliki lebih dari 30 pegawai yang pro LGBT.

Brata menyampaikan di status Facebook-nya dalam bahasa Inggris, bahwa ia mengaku sangat senang dan terhormat menyampaikan kampanye internal Go-Jek yang menerima perbedaan dengan menerapkan kebijakan nondiskriminasi. "Go-Jek is taking diversity and inclusion matter to the next level by the adoption of non-discrimination policy towards the underrepresented group ie LGCT despite of being and Indonesian company," seperti dikutip dari status Facebook-nya. 

Screenshoot status Facebook itu yang kemudian menyebar secara viral di media sosial, tak terkecuali Twitter. Netizen yang tak setuju dengan LGBT lantas menyerukan gerakan #UninstallGojek sebagai bentuk penolakan.

Namun bila ditilik, tak semua cuitan dengan hashtag #UninstallGojek itu berisi seruan agar tak lagi berlangganan aplikasi ojek online tersebut. Pasalnya, banyak juga netizen yang tidak mempermasalahkan sikap manajemen Go-Jek tersebut dan bahkan mempertanyakan sikap netizen lainnya yang hanya ikut-ikutan dengan anti LGBT dan tak memperhatikan dampak jika gerakan itu benar-benar dilakukan terhadap nasib pengemudi ojek.

Netizen Fellix Alfrido, misalnya. Netizen dengan akun Twitter @HabakukFellix itu mempertanyakan sikap netizen yang benar-benar meng-uninstall aplikasi Go-Jek, apakah sudah membayangkan berapa banyak pengemudi yang bakal kehilangan pekerjaannya dan nafkah pencahariannya.

"For you who #UninstallGojek, have you think how many drivers will loss their job, loss much amount of money for their meal, for their family needs, have you think about it again? Don't let religious things take over your logic," kata Fellix pada Senin, 15 Oktober 2018.

Ada juga Maria Arlene yang menyerukan agar netizen tidak berhenti meng-uninstall aplikasi Go-Jek karena masih banyak aplikasi dan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang pro LGBT.

"Jangan cuma #uninstallgojek, uninstall juga google, youtube, facebook, sama instagram. Kalo ke mal jauh2 dari burger king sama McD ya. Haagen dazs sih kamu belom tentu mampu beli kayaknya. Oya udah nonton venom? Oh jelas ga boleh, itu produksinya Marvel," ujar Maria seperti dikutip dari cuitannya di Twitter dengan akun @arlenelands, Senin, 15 Oktober 2018. 

Menanggapi viralnya tagar tersebut, pihak Go-Jek Indonesia memberikan klarifikasi lewat akun resmi Twitter @gojekindonesia. Dalam cuitannya, Go-Jek menyatakan menjunjung tinggi keberagaman yang menciptakan persatuan dan keharmonisan, sejalan dengan nilai-nilai dan budaya Indonesia, yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

Go-Jek dalam pernyataannya menghargai keberagaman. "Kami percaya bahwa ide dan kreativitas, yang menjadi kunci untuk melahirkan inovasi bermanfaat bagi masyarakat, merupakan buah hasil kerja sama berbagai latar belakang pendidikan, budaya, dan keyakinan," katanya dalam cuitannya, Jumat, 12 Oktober 2018.

Terkait status yang diunggah oleh Brata Santoso, Go-Jek mengklarifikasi bahwa unggahan tersebut bukankah pernyataan dari Go-Jek Indonesia. Unggahan Brata merupakan intepretasi pribadinya terhadap salah satu acara internal dengan tema keberagaman.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait