Banyak Perusahaan Kurangi Karyawan, Pengamat: Untuk Selamatkan Lebih Banyak Pihak

Redaksi | 16 Juni 2020 | 01:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pengurangan karyawan tak terhindarkan di masa pandemi Covid-19. Banyak perusahaan harus mengambil kebijakan tersebut demi memertahankan keberlangsungan usaha di tengah situasi sulit mulai dari perusahaan berusia cukup tua sampai yang berstatus rintisan (startup).

Pengamat Teknologi sekaligus Executive Director Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, mengatakan pengurangan karyawan memang merupakan opsi terakhir. 

”Kondisi layoff (pengurangan karyawan) ini tidak terhindarkan. Sulit pertahankan karyawan,” ungkapnya, Senin (15/06).

Pengurangan karyawan, menurutnya, ada dua macam; Rasionalisasi dan Restrukturisasi. Restrukturisasi biasanya ditempuh dalam rangka efisiensi karena bisa digantikan teknologi atau pihak ketiga yang lebih murah.

”Misalnya di perusahaan telekomunikasi. Tadinya saya memiliki orang untuk berikan layanan call center. Dalam perjalanannya, biaya call center mahal. Saya jadi pakai pihak ketiga. Bentuk restrukturisasi perusahaan hadapi tantangan baru. Ini hal umum terjadi,” jelasnya.

Heru menyarankan agar perusahaan mengambil langkah restrukturisasi sebagai solusi. ”Misalnya bagian usaha yang tidak penting dikurangi. Intinya optimalisasi perusahaan,” terusnya..

Perlu disadari bahwa pendapatan perusahaan jauh berkurang pada situasi saat ini. Rasionalisasi pun terbentuk. Heru mencontohkan pada sebuah perusahaan maskapai yang sampai harus mengurangi jumlah pilotnya.

”Sekarang kondiisinya memang harus dikurangi. Dalam situasi penting atau pun nggak penting dari karyawan itu. Seperti pilot Garuda (Indonesia). Posisinya penting tapi sekarang harus dikurangi”.

Mayoritas perusahaan saat ini tidak berpikir pada pertumbuhan kinerja. Lebih kepada situasi bertahan agar tidak tumbang. Sebab jika sampai kolaps, kata Heru, dampak negatifnya akan jauh lebih besar. 

”Ini istilahnya sekarang survive. Kita masuk tahap survival. Bertahan hidup lebih penting,” tegasnya.

Perusahaan maskapai seperti Emirates dan Garuda Indonesia memang termasuk dalam bagian yang harus menempuh kebijakan pengurangan karyawan.

Emirates Group dikabarkan berencana memberhentikan 30.000 karyawan untuk memangkas biaya di tengah pandemi virus corona. Pemangkasan tersebut nantinya akan mengurangi 30 persen dari total karyawan yang mencapai 105.000 orang.

Garuda Indonesia, harus merumahkan 800 karyawannya dengan status tenaga kerja kontrak atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). 

Sedangkan Perusahaan transportasi daring asal Amerika Serikat, Uber, melakukan PHK kepada 6.700 karyawan sebagai imbas hantaman Covid-19.

Traveloka juga dikabarkan memberhentikan sebagian besar stafnya. Pandemi menghilangkan banyak rencana liburan. Pengurangan karyawan Traveloka disebut-sebut sekitar 100 orang atau 10 persen karyawan di startup ini. Kebijakan ini disebut telah dilakukan sejak awal April 2020. 

Ramayana, perusahaan ritel yang sudah eksis cukup lama juga mengurangi jumlah karyawan. Sedikitnya mencapai 84 karyawan harus kena PHK salah satunya karena penutupan gerai Ramayana Depok. Demikian juga KFC, yang beberapa waktu lalu merumahkan 450 pekerjanya. Terutama di Jawa.

Yang terjdai pada AIRY lebih parah lagi. Perusahaan di bidang perhotelan ini menghentikan operasionalnya secara permanen. Pada saat yang sama, perusahaan sejenis yaitu Airbnb juga akan merumahkan 1.900 orang karyawannya atau setara dengan 25 persen dari total jumlah pekerja Airbnb saat itu.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait