Kasus Anji Jadi Bukti Nyata Ancaman Narkoba di Tengah Masyarakat

Redaksi | 23 Juni 2021 | 22:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Para bandar narkoba makin masif dalam menjalankan bisnis ilegalnya. Dengan berbagai strategi dan modus yang terus berkembang, mereka menyasar semua kalangan. Tak hanya para artis dan kalangan berduit di perkotaan, mereka juga sudah merambah masyarakat biasa mulai anak-anak sekolah hingga mereka yang di perdesaan. News RCTI+ meneropong secara update banyak kasus penyalahgunaan narkoba yang dikemas dalam berbagai angle menarik.

Penyanyi Anji bisa dikatakan contoh yang masih baru bagaimana narkoba sudah menjangkiti urat nadi kehidupan masyarakat Indonesia. Pria bernama lengkap Erdian Aji Prihartanto ini merupakan salah satu artis yang tertangkap aparat hukum karena kasus narkoba jenis ganja. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sejumlah musisi menggunakan narkoba ini dengan alasan untuk mendukung eksistensinya di dunia panggung hiburan. Mereka beralibi dengan menggunakan ganja ide-idenya bisa muncul saat menciptakan lagu. Ganja dipakai sebagai alat untuk mendapatkan inspirasi. Ada juga yang mengatakan lebih tenang setelah memakai narkoba. Narkoba sebagai pengusir stres di tengah persaingan ketat dunia hiburan. 

Terlepas dari alasan di atas, banyak artis yang terjerat narkoba. Salah satunya yang sudah tertangkap lebih dulu adalah musisi Fariz RM. Bahkan, pelantun Sakura ini tertangkap sampai tiga kali menggunakan barang memabukkan tersebut. Penyanyi rap Tanah Air, Iwa K juga pernah dicokok petugas karena kasus narkoba. 

Dunia hiburan yang sangat gemerlap memunculkan banyak godaan hingga seorang artis mudah terjerumus dalam jeratan narkoba. Selain Anji, Fariz RM, dan Iwa K, masih banyak artis yang terjerat narkoba. Tak hanya sekali, ada beberapa diantaranya bahkan sampai ditangkap dua kali atau lebih. Sebut saja legenda hidup Rock Tanah Air Ahmad Albar, Reza Artamevia, Catherine Wilson, Dwi Sasono, Tio Pakusadewo, Iyut Bing Slamet, Ridho Rhoma, dan masih banyak lainnya.

Jerat narkoba ini memang sangat dahsyat. Tak mudah bagi mereka bisa benar-benar terbebas dari pengaruh barang ilegal tersebut. Ada yang memang benar-benar sadar dan meninggalkan barang haram tersebut selamanya. Yang tak mampu menahan hasrat untuk tetap nge-fly, mereka pun meneruskan kebiasaan buruknya tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Yang apes pun tertangkap lagi. Banyak yang begitu.

Narkoba juga semakin banyak merambah berbagai kalangan di masyarakat. Penggunanya pun juga sudah bukan monopoli masyarakat perkotaan. Di kota-kota kecil hingga perdesaan sering kita dengar ada yang tertangkap karena kasus narkoba. Para bandar juga tidak hanya menarget kalangan dewasa, anak-anak sekolah pun menjadi sasaran mereka. Kalau sebelumnya ada kawasan kawasan tertentu saja yang menjadi fokus peredaran narkoba. Kini hampir semua tempat bisa dipakai para bandar atau pengedar untuk menjajakan dagangan haramnya. Bahkan, di era pandemi ini, mereka bertransaksi narkoba lewat online. 

Intinya, narkoba sudah ada di sekitar kita. Narkoba dekat dengan kita. Sehingga kewaspadaan sangat diperlukan agar kita atau keluarga tidak sampai tergoda dan terjerumus dalam kehidupan "neraka" para bandar narkoba. Ingat, para bandar sangat lihai dalam mencari mangsa. Mungkin awalnya diberi gratis namun ketika sudah ketagihan, para korbannya terpaksa akan terus membelinya. Ketika  para pengguna ini sakau, mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan narkoba. Tak jarang para pengguna ini akan tergoda menjadi pengedar hingga bandar agar mendapatkan narkoba secara gratis. Bahkan seringkali mereka mendapat keuntungan berlipat dari berjualan narkoba. Keenakan, mereka pun akhirnya terjun ke bisnis narkoba. Ya, ibaratnya seperti lingkaran setan yang sangat susah untuk diberantas.

Meski pemerintah Indonesia sudah menetapkan status darurat narkoba, angka pelanggarannya terus naik setiap tahun. Bahkan, Indonesia tidak lagi jadi pasar narkoba. Indonesia kini sudah dikenal menjadi produsen narkoba yang sangat massif. Aparat keamanan berhasil membongkar sejumlah pabrik narkoba di berbagai daerah. Sangat mencengangkan. Misalnya pada 2005 lalu, aparat menggerebek pabrik narkoba dengan omset Rp50 miliar per minggu di Kabupaten Serang, Banten. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi 1 juta pil ekstasi. Itu salah satu bukti bahwa Indonesia sudah menjadi salah satu produsen besar narkoba dunia. 

Kejahatan narkoba memang sudah sangat mengkhawatirkan. Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly menyebut bahwa hampir separuh napi yang menghuni lapas dan rutan adalah warga binaan kasus narkoba. Narkoba tak hanya merusak generasi muda, namun secara ekonomi sangat merugikan. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut berdasarkan survei pada 2019, kerugian ekonomi yang muncul akibat kasus narkoba mencapai 84 triliun rupiah. Dan trennya cenderung meningkat setiap tahun. 

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait