Ikan Asin Jambal, Ikan Asin Galih, Ikan Asin Fairuz

Suyanto Soemohardjo | 11 Juli 2019 | 19:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ikan asin salah satu lauk yang jadi favorit banyak orang di Indonesia. Dipadukan dengan lauk apa pun, ditambah dengan sambal pedas, ikan asin bisa membuat selera makan kian bergelora.

Kalau Anda mengetik kata ikan asin di mesin pencari beberapa bulan lalu, Google akan menyarankan informasi tambahan yang memang relevan dengan ikan asin, misalnya ikan asin jambal, ikan asin peda, ikan asin gabus, dll. Tapi kalau hal yang sama Anda lakukan hari-hari ini, saran yang diberikan sama sekali tak terkait dengan ikan asin. Ada ikan asin viral, ikan asin fairuz, ikan asin galih, ikan asin pablo benua.

Anda pasti tahu semua ini gara-gara kasus ikan asin yang melibatkan Galih Ginanjar, mantan istrinya, Fairuz A. Rafiq, dan pasangan Youtuber Rey Utami - Pablo Benua. Hari ini polisi sudah menetapkan Galih Ginanjar serta Rey Utami dan Pablo Benua sebagai tersangka. Mereka dilaporkan Fairuz yang marah karena ucapan ikan asin Galih saat diwawancara Rey Utami di kanal Youtube-nya.

Jika Anda tetap berkeras dengan pencarian menggunakan kata ikan asin dan mengabaikan semua kata yang disarankan, yang dimunculkan di halaman pertama tetap saja ikan asin yang berkaitan dengan kasus Galih dan Fairuz. Bukan ikan asin yang lauk makan.

Begitulah mesin pencari bekerja. Mesin pencari seperti tak hanya menjawab pencarian, tapi sekaligus mempelajari kecenderungan penggunanya dalam melakukan pencarian. Algoritma yang dibuat diharapkan bisa membantu pengguna menemukan informasi paling relevan. Saat ini rupanya ada banyak orang melakukan pencarian dengan kata kunci ikan asin berkaitan dengan kasus yang melibatkan Galih Ginanjar, Fairuz dan Rey Utami - Pablo. Maka mesin pencari pun menyarakan itu karena dianggap berkaitan dengan kata ikan asin.

Ketergantungan kita pada mesin pencari makin tak terhindarkan. Apa saja informasi yang kita butuhkan, kita menuliskannya di mesin pencari. Tak seperti perpustakaan yang punya jumlah koleksi terbatas, informasi yang bisa ditemukan di mesin pencari (internet) luar biasa banyak. Banyak yang sangat bermanfaat, banyak yang tidak. Algoritma mesin pencari, secanggih apa pun, tetap saja punya keterbatasan. Tak jarang algoritma mesin pencari menyarankan satu informasi hanya karena informasi itu sudah dibaca banyak orang, atau dicari banyak orang, atau mengikuti standar yang dibuat mesin pencari, bukan karena paling baik, paling akurat atau paling lengkap. Apalagi dalam memberikan hasil, mesin pencari juga mempertimbangkan kecenderungan pencarian penggunanya selama ini.

Algoritma mesin pencari yang kian pintar terus mempelajari segala macam selera dan kecenderungan kita, dan dengan begitu bisa terus menyajikan informasi yang relevan. Tapi justru karena mesin pencari makin pintar, jangan sampai Anda hanya mendapatkan informasi yang sesuai selera dan kecenderungan. Saat kita hanya disodori informasi yang sesuai selera dan kecenderungan, seperti dikhawatirkan penulis buku Matinya Kepakaran (Tom Nichols), kita bisa tersesat di mesin pencari. Kita hanya akan mendapatkan informasi yang kita inginkan, yang sesuai kecenderungan, bukan yang paling baik.

Menurut Wikipedia, ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan.

Agar tak malah tersesat di mesin pencari, saat menuliskan kata ikan asin, abaikan segala informasi yang tak relevan. Ada sangat banyak informasi berguna yang bisa kita temukan lewat mesin pencari, dan kita bisa mendapatkan tak hanya yang sesuai selera. Setelah kehebohan kasus ikan Asin Galih - Fairuz A. Rafiq selesai, mesin pencari pasti akan memberi jawaban soal ikan asin yang paling sesuai selera Anda.

 

Penulis : Suyanto Soemohardjo
Editor: Suyanto Soemohardjo
Berita Terkait