Jurus Menghindari Pedagang Makanan yang Nuthuk atau Getok Harga Saat Jalan-jalan

Redaksi | 29 Mei 2021 | 17:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Dunia kuliner Yogyakarta kembali dihebohkan isu pedagang nuthuk atau mematok harga tak wajar, lebih mahal dari seharusnya. Isu ini beberapa kali mencuat setelah korban mengunggahnya di media sosial. Tak ingin hal sama terjadi lagi dan bisa merusak citra wisata Jogja, para pedagang makan di Malioboro bahkan sudah membuat kesepakatan soal harga. Kehebohan terbaru soal nuthuk ini dipicu unggahan pecel lele seharga 37.

Sebetulnya tak hanya di Yogyakarta, aksi pedagang makanan mematok harga mahal banyak terjadi di tempat lain. Bukan hanya sekarang, tapi sudah ada sejak dulu. Di Jawa Timur istilah yang sering dipakai untuk aksi ini adalah ngentol. Sementara orang Jakarta sering memakai istilah digetok. Banyak pelancong atau pelaju menjadi korban penjual makanan yang mematok harga gila-gilaan. Meski kesal terpaksa harus membayar karena takut atau tak mau ribut di tempat asing. 

Ada beberapa jurus yang bisa dipakai untuk menghindari aksi curang para pedagang makanan saat Anda tengah jalan-jalan.

Biasanya para pedagang curang ini akan memilih korban para pelancong. Bukan warga sekitar yang mungkin akan datang lagi atau sudah tahu harga wajar makanan di lokasi itu. Jika ragu dan tak tahu harga normal, sebaiknya bertanya dulu sebelum memesan makanan. Kalau si pedagang menyebut harga yang menurut Anda tak wajar, Anda bisa membatalkan makan di tempat itu. Atau kalau terpaksa harus makan, pilih menu yang dipatok tak terlalu mahal.

Para pedagang makanan yang mematok harga tak wajar biasanya bukan tempat makan populer yang banyak dikunjungi pembeli. Penjual yang dagagannya laris tak akan melakukan aksi ini. Larisnya dagangan selain bukti keunggulan produk juga pasti dipengaruhi faktor harga yang sesuai. Saat jalan-jalan memilih menikmati hidangan di warung atau restoran populer bisa menghindarkan Anda dari harga tak wajar. 

Restoran atau tempat makan terkenal selain sudah punya standar harga yang tertulis di buku menu, tak mungkin melakukan tindakan yang bisa merusak reputasinya.

Pedagang curang yang melakukan ini mungkin sekadar ikut-ikutan memanfaatkan momen. Musim liburan saat banyak pelancong berdatangan, harus gesit memanfaatkan momentum. Mematok harga tak wajar jadi jurus. Toh si pembeli hanya akan datang sekali, begitu mungkin logika pelaku. Tapi ini logika keliru. Untung sesaat tapi rugi berkepanjangan. Memanfaatkan momen harusnya dilakukan dengan menyajikan hidangan seenak dengan harga semurah mungkin. Pembeli yang puas akan mengunggahnya di media sosial dan warung Anda akan viral. Viral karena enak dan murah atau viral karena mahal dan enggak enak, tinggal pilih? Ini zaman sosial media saat siapa saja bisa jadi penyampai berita dan apa saja bisa jadi berita.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait