Kalau Cinta, Katakan Cinta. Jangan Ditunda-tunda. Nanti Diambil Orang.

Wayan Diananto | 13 April 2017 | 02:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Hai pembaca, apa kabar? Kangen saya, enggak? Di sela deadline cetak kedua, tiba-tiba saya kepikiran seseorang yang dulu (bahkan sampai sekarang) saya sukai. Orang itu sudah undur dari perusahaan tempat saya bekerja. Hati tiba-tiba bertanya, “Apa kabarnya dia sekarang?”

Saya sebenarnya punya nomor ponselnya. Nomor ponsel itu terhubung dengan aplikasi WhatsApp. Jadi meski pulsa saya malam ini tinggal 49,00 rupiah, saya masih bisa mengirim pesan sekadar menanyakan kabar. Masalahnya, setelah hampir setahun tidak bertegur sapa, masa iya tiba-tiba saya menyapa? Apa dia tidak kaget, sekaget melihat kuntilanak nangkring di dahan pohon?

Nasihat dari Endah N Rhesa

Saya kemudian teringat momen ketika meliput festival “Mocosik: Membaca Musik, Menyanyikan Buku” yang digelar pada Februari lalu di Yogyakarta. Ada banyak penampil di festival berskala internasional itu. Salah satunya, pasangan romantis Endah N Rhesa. Mereka membawakan beberapa hit.

Di sela lagu, Endah berkomunikasi dengan audiens, termasuk saya yang berada di antara kerumunan penonton. Semuanya biasa saja, sampai Mbak Endah mengucapkan ini.

“Kalau Anda mencintai seseorang, nyatakan. Jangan hanya disimpan di dalam hati. Jangan berpikir akan ditolak atau diterima, pernyataan Anda itu. Paling tidak, dengan menyatakan perasaan, Anda sudah mencoba. Anda akan lega. Daripada tidak menyatakan lalu orang yang Anda cintai menerima cinta orang lain, bukan?” seloroh Endah disambut gemuruh tepuk tangan penonton.

Saya tidak tepuk tangan. Tidak mau, lebih tepatnya. Mengapa? Saya tersinggung dan tersindir. Saya takut ditolak. Saya takut ditertawakan oleh keadaan. Kepada orang yang saya pikirkan malam ini, saya tidak pernah bicara banyak. Kalau pun bicara, biasanya setelah dia menyapa duluan. Saya malu menyapa duluan. Takut terlihat gugup. Takut gagap. Takut salah tingkah dan terlihat bodoh. Meski sebenarnya, saya juga enggak cerdas-cerdas amat.

Satu-satunya keberanian yang saya miliki, menyatakan perasaan senang berpapasan dengannya lewat media sosial Path. Tapi toh, itu tidak berlangsung lama karena beberapa hari kemudian terdengar selentingan-selentingan manja yang mempertanyakan, “Siapa sih yang ditaksir Mbak, eh, Mas Wayan ini?”

Lalu tibalah hari dia mengundurkan diri dari tempat saya bekerja. Saya juga tidak mengatakan apa-apa. Apalagi, memberi kado perpisahan. Apa yang tersimpan, biarlah terpendam. Apa yang selama ini dirasakan, cukup saya yang merasakan dan menikmati. Meski sebenarnya saya tahu tak ada yang bisa dinikmati dari rasa yang dipendam sendiri. Begitulah cinta.

Lagu dari Tohpati

Nah, saya punya sahabat. Sebut saja Aisyah. Dia jatuh hati pada teman sekantornya. Ia ingin menyatakan namun butuh penguatan pendapat. Saya dengan mulut senyaring toa menasihati, “Kamu bilang saja kalau memang kamu cinta.”
“Tapi nanti kalau aku ditolak bagaimana?”
“Itu urusan nanti. Yang penting kamu nyatakan dulu. Paling tidak dengan menyatakan cinta, kamu lega. Enggak ada yang dipendam.”

Saya kemudian mengutip lagu ciptaan Mas Tohpati. Judulnya, “Katakan Cinta.” Lagu ini dinyanyikan kelompok vokal Sparx, yang terbentuk dari ajang pencarian bakat Popstar di TransTV. Ada yang masih ingat dengan Sparx? Liriknya begini: Katakan cinta, pada dirinya. Jangan ragu untuk bicara. Apa pun yang terjadi, itu urusan nanti. Biarkan cintamu menyapa.

Aisyah lalu menyatakan apa yang ada dalam hatinya. Meski akhirnya, jawaban yang didapat tidak sesuai dengan yang diharap. Begitulah cinta. Kadang lebih enak disimpan daripada dinyatakan lalu berakhir dengan penolakan. Saya tipikal yang percaya, setelah penolakan terjadi, keadaan tak akan pernah sama lagi. Dan saya benci perubahan yang tidak sesuai harapan.

Namun, di sisi lain saya kagum pada keberanian Aisyah. Beberapa kali mengungkapkan keinginan hati. Beberapa kali pula berani menanggung konsekuensi. Tidak seperti saya yang kebanyakan cing-cong. Kebanyakan mikir. Takut nanti begini. Khawatir kalau nanti begitu. Kadang, hidup itu butuh spontanitas. Terlalu banyak berpikir malah melelahkan dan menghalangi kita bergerak maju.

Pelajaran dari Alya Kalola

Akibat tidak berani menyatakan cinta ya seperti saya ini. Hanya bisa membatin. Kalau dipikir-pikir, nasib saya sama seperti Mbak Alya Kalola (diperankan oleh Bunga Citra Lestari) dalam film Cinta Pertama. Alya mencintai Sunny Kurniawan (diperankan oleh Ben Joshua). Mereka berhubungan dekat sejak SMA. Bertahun-tahun kemudian, perasaan Alya tak pernah berubah meski ia memiliki pasangan baru. Sementara Sunny entah kini berada dimana.

Lalu terciptalah lagu melodius yang melambungkan karier Mbak Bunga. Liriknya: Sunny, sunny, apa kabarmu? Kabarku baik-baik saja. Kau tak sempat tanyakan aku, cintakah aku padamu?

Mbak Alya menanti Sunny menanyakan cinta. Ia tidak berani untuk menyatakan. Masalahnya, kalau menunggu orang yang kita cintai bertanya, sampai kapan? Pun, saya. Mau menunggu dia menanyakan perasaan saya, mau sampai kapan? Mengingat, saya ini bukan bagian penting dari hidupnya. Buktinya, berbulan-bulan setelah pergi ia tidak pernah menanyakan kabar saya? Begitulah cinta.

Saya tahu, saya tidak dalam kapasitas yang pas untuk menasihati soal cinta. Menyatakan cinta saja tidak berani kok sok-sokan memberi petuah. Namun satu hal yang saya tahu, setiap orang bebas menyatakan pendapat dan mengekspresikan perasaan. Setiap orang termasuk Anda dan saya. Jadi, jika Anda merasa pantas dicintai (dan saya tahu setiap orang memang layak dicintai), nyatakan cinta Anda. Kepada orang tua, sahabat, saudara, dan tentunya orang yang Anda cinta. Ini penting. 

Orang tua Anda bisa jadi sudah tahu betapa cintanya Anda pada mereka. Namun, menyatakan cinta dan membuat langkah nyata akan membuat orang tua Anda merasa (lebih) dicintai. Pun, sahabat, kerabat, dan yang Anda taksir. Saya tahu, Valentine sudah lewat. Tapi, merayakan dan menyatakan cinta tidak harus menunggu bulan Kasih Sayang tiba, bukan?

 

(wyn/gur)

 

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait