Jennifer Dunn Membuktikan Betapa Tak Mudah Lepas dari Jerat Narkoba

Suyanto Soemohardjo | 3 Januari 2018 | 12:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Jennifer Dunn bukan artis pertama yang ditangkap polisi karena narkoba lebih dari satu kali. Roy Marten, Fariz RM, Polo Srimulat, pedangdut Imam S Arifin, sekadar menyebut beberapa nama, dan banyak lagi bukan artis yang harus berurusan dengan polisi karena narkoba untuk kedua bahkan ketiga kalinya. 

Penangkapan Jennifer Dunn untuk ketiga kalinya semakin menegaskan betapa tak mudah melepaskan diri dari jerat narkoba. Penjara tak membuat jera, rehabilitasi tak selalu bisa membebaskan dari kecanduan. Kehebohan berita artis ditangkap karena narkoba seolah saling bersahutan dengan aksi polisi membongkar jaringan narkoba, yang sering kali dengan barang bukti mencengangkan. Bukan lagi kilo, tapi ton! 

Sudah banyak yang berteriak negeri ini darurat narkoba. Tapi narkoba seakan kian mencengkeram. Bukan cuma penangkapan dengan jumlah barang bukti luar biasa banyak, belakangan polisi juga makin sering menemukan pabrik yang memproduksi narkoba dengan omzet milyaran. Pabrik narkoba? Iya, dan ini bukan hoax.

Menangkapi artis yang menggunakan narkoba, harusnya bisa jadi kampanye efektif pemberantasan peredaran narkoba. Apalagi setiap kali ada artis ditangkap media menyambut dengan gegap gempita. Lewat aksi itu polisi bisa memberikan pesan tegas: siapapun, tak peduli artis, akan ditangkap kalau pakai narkoba. Tapi dari tahun ke tahun jumlah artis dan pengguna narkoba non artis tidak berkurang. Malah ada yang ditangkap lagi dan lagi.

Polisi dan aktivis anti narkoba tahu betul membebaskan diri dari jerat narkoba bukan perkara mudah. Memberantas peredaran narkoba lebih tidak mudah lagi, terutama karena ada uang dalam jumlah yang sangat menggiurkan. Bandar narkoba skala besar bisa hidup seperti raja. Perang dengan menembak mati bandar narkoba seperti dilakukan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, memang belum tentu efektif membebaskan satu negara dari narkoba. Tapi perang terhadap peredaran narkoba harus dilakukan negeri ini, dengan segala cara yang memungkinkan.

Jadi pecandu narkoba, bagi si pecandu dan keluarganya, malapetaka yang nyata. Kalau boleh memilih, rasanya tak ada orang mau jadi pecandu narkoba. Aksi nyata menangkap dan membongkar jaringan narkoba seperti sudah dilakukan BNN dan polisi, harus didukung dengan kampanye yang lebih masif tentang bahaya narkoba. Perlu dicari cara baru menggedor kesadaran semua orang tentang bahaya narkoba. Slogan lama yang sudah klise perlu diperbarui dengan ungkapan yang lebih punya daya kejut.

Berapa banyak negara harus mengalokasikan anggaran untuk kampanye mencegah peredaran dan penggunaan narkoba? Mungkin sebanyak uang yang bisa diselamat dari transaksi narkoba. Kalau peredaran narkoba setahun mencapai 1 trilyun, misalnya, mungkin kita perlu menyiapkan anggaran 2 trilyun agar bangsa ini terhindar dari cengkeraman narkoba. Seperti korupsi, narkoba juga punya efek merusak, bahkan menghancurkan.

Negara, dan kita semua yang peduli juga wajib mengapresiasi semua pihak yang sudah melakukan aksi nyata perang melawan peredaran narkoba. Bahaya narkoba itu nyata, dan sungguh mengerikan.

Penulis : Suyanto Soemohardjo
Editor: Suyanto Soemohardjo
Berita Terkait