Demam Dilan 1990: Jangan Baper Sendiri, Berat. Kamu Nggak Akan Kuat

Andira Putri | 7 Februari 2018 | 20:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - "Jangan rindu, berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja," berikut petikan dialog dalam trailer film Dilan 1990 yang rilis pertengahan Desember lalu.

Bukannya terpesona, saya malah jengkel mendengar kata-kata Dilan. Penyampaiannya terlalu gombal. Tidak cocok untuk saya yang berusia 24 tahun.

Sebulan kemudian, Dilan 1990 rilis. Sejujurnya saya penasaran sehingga memutuskan untuk menontonnya. Petikan dialog tersebut masih membuat saya geli. Anehnya saya sekarang tidak terganggu. Saya justru senyum-senyum sendiri mendengarnya.

Perasaan serupa tidak hanya datang sekali. Tetapi, saya mengalaminya sepanjang menonton Dilan 1990. Aksi Dilan (Iqbaal Ramadhan) mendekati Milea (Vanesha Prescilla) membuat saya geregetan sekaligus gemas.

Perasaan tersebut bertahan hingga beberapa hari setelah menonton Dilan 1990. Saya ikut baper layaknya Dilan dan Milea. Ada saja hal-hal kecil yang dihubungkan dengan cerita mereka.

Melihat kerupuk, saya jadi teringat adegan Dilan dan Milea makan siang bersama. Jika berbicara, setiap kalimat inginnya diakhiri dengan kata, 'jangan?' agar mirip Dilan.

Lucunya, saya tidak baper sendiri. Teman-teman saya yang juga berusia 20 tahun ke atas juga merasakan hal serupa. Mereka coba membaca novel aslinya karya Pidi Baiq dan mencari tahu sosok Dilan serta Milea yang hadir dalam dunia nyata.

Mereka lanjut menonton video rangkaian promosi Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla hingga berharap keduanya benar-benar pacaran. Bahkan beberapa teman saya tidak sungkan menonton Dilan 1990 lebih dari sekali. Bagaimana dengan saya? Saya cukup dua kali saja, hehehe.

Demam Dilan 1990 terbilang ajaib bagi kami. Seharusnya kami tidak baper lagi karena sudah nyaris melewati masa remaja. Namun, reaksi seorang teman menyadarkan saya.

"Sehabis nonton ini, gue jadi ingin balik SMA lagi," kata seorang teman. Ternyata kisah cinta Dilan dan Milea membangkitkan lagi kenangan SMA. Masa di mana menyimpan rasa suka kepada seseorang lebih penting ketimbang mengejar deadline. Masa di mana rindu lebih berat jika dibandingkan tumpukan pekerjaan rumah.

Dilan dan Milea memang lahir dari generasi berbeda dengan kami. Tetapi, cerita yang diangkat tergolong mirip. Rata-rata dari kami (bahkan mungkin Anda termasuk) pasti pernah merasa menyukai seseorang karena hal sederhana. Seperti Dilan yang penasaran karena Milea masih anak baru.

Mungkin ada juga yang sempat ikut deg-degan ketika harus naik motor pertama kali dengan orang yang ditaksir layaknya Milea. Atau contoh lebih ekstrem adalah kemunculan rasa khawatir saat tahu sosok tersebut tawuran dengan siswa sekolah lain.

Jika diingat lagi, cerita SMA memang terkesan sepele. Ini sama seperti jalan cerita Dilan 1990 yang terasa minim konflik. Namun, semuanya menghadirkan kenangan manis sekaligus lucu. Tidak heran bila kami kerap tertawa sendiri.

Dilan 1990 memberikan saya dan teman-teman perasaan hangat seusai menontonnya. Ternyata baper beramai-ramai itu lebih enak. Jangan sendiri, berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja.

(dira/ray)

Penulis : Andira Putri
Editor: Andira Putri
Berita Terkait