Sinopsis ASMARA GEN Z SCTV Episode 162, Hari Ini Selasa 13 Mei 2025: Nadia Mengaku yang Bikin Hate Book

Binsar Hutapea | 13 Mei 2025 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sinopsis ASMARA GEN Z SCTV Episode 162, Hari Ini Selasa 13 Mei 2025: Nadia Mengaku yang Bikin Hate Book

Ketegangan menyelimuti lingkungan sekolah ketika Aqeela, siswa yang dituduh terlibat dalam kasus Hate Book, berjalan perlahan menuju ruang guru. Didampingi oleh Pak Budi dan Harry, langkah Aqeela sempat terhenti tepat di depan pintu. Ia menunduk, menarik napas pendek—meski tak seberat sebelumnya. Di sampingnya, Harry hanya menatap diam, lalu mengangguk pelan sebagai isyarat dukungan. Dengan keberanian yang tersisa, Aqeela pun melangkah masuk.

Sementara itu, di bawah pohon rindang dekat lapangan, sejumlah siswa berkumpul membicarakan kejadian tersebut. Mohan menyatakan keyakinannya bahwa Aqeela tidak mungkin melakukan hal itu. Zara menimpali, “Kebenaran pasti akan terungkap pada waktunya.” Harry, yang baru saja bergabung dengan kelompok itu, mengangguk, “Ya, pastinya.”

Tak jauh dari sana, Gaspol Squad dan Chaos Crew duduk selonjoran di bawah jendela kelas. Mereka baru saja menyaksikan keributan di lorong dan masih terlihat kebingungan. “Aqeela terlalu heboh buat nyusun kayak begituan,” ujar Jefan, mencoba memahami situasi.

Di meja taman dekat kantin kecil, kelompok GO GREEN—Flavio, Vania, dan Kiara—duduk bertiga ketika Cantika muncul. Ketegangan terasa meningkat saat Harry tiba dari arah belakang. Dengan nada serius, ia berkata, “Gue bakal telusurin semuanya. Apa pun yang nyambung ke Hate Book itu… bakal kebuka satu-satu.” Cantika tampak tegang mendengar pernyataan tersebut.

Di ruang guru, suasana sunyi menyelimuti. Aqeela duduk sendiri di tengah ruangan, berhadapan langsung dengan Bu Dita, Bu Anita, dan Pak Hari. Di sampingnya, Mayang tampak memberi dukungan. Dengan suara tegas namun penuh tekanan, Aqeela menyampaikan, “Saya nggak pernah bikin buku itu.”

Namun, momen yang paling mengejutkan terjadi sesaat kemudian. Pintu ruang guru diketuk pelan. Nadia masuk, wajahnya gugup. “Saya… saya mau ngaku, Pak, Bu,” ucapnya gemetar. Ia menunjuk ke arah Hate Book yang tergeletak di meja. “Buku itu… saya yang taruh di tasnya Aqeela!”

Pengakuan Nadia sontak mengubah suasana. Tabir misteri yang selama ini menyelimuti kasus Hate Book mulai tersingkap. Kini, semua mata tertuju pada Nadia—dan kebenaran akhirnya menemukan jalannya.

Penulis : Binsar Hutapea
Editor: Binsar Hutapea
Berita Terkait