Lawan Malaysia, Pelatih U-22 Sebut Sejumlah Keuntungan

TEMPO | 20 Februari 2019 | 10:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Timnas Indonesia U-22 bakal menghadapi Malaysia dalam laga kedua penyisihan Grup A Piala AFF U-22 di Stadion Nasional, Phnom Penh, Kamboja, hari ini, Rabu 20 Februari 2018. Laga tersebut menjadi partai hidup mati bagi kedua negara yang awalnya dijagokan sebagai dua pesaing utama puncak klasemen Grup A.

Pasalnya, Indonesia bermain imbang 1-1 melawan Myanmar di laga pertama. Sedangkan Malaysia terjungkal 0-1 saat menghadapi tuan rumah Kamboja. Praktis kedua tim membutuhkan tiga poin penuh dari laga tersebut jika ingin menjaga asa untuk lolos ke babak semifinal.

Tapi, Indonesia dibayangi catatan buruk yang dimiliki sang pelatih Indra Sjafri setiap kali menghadapi Malaysia. Dari empat kali pertemuan melawan Malaysia yang dijalani Indra saat menangani Timnas U-19, tiga di antaranya berakhir imbang dan satu lainnya berujung kekalahan.

Pada 2013 dalam turamen HKFA International Youth Football Invitation di Hong Kong, Indonesia hanya bermain imbang tanpa gol. Kemudian di fase penyisihan Grup B Piala AFF U-19 2013, Indonesia ditahan imbang 1-1 oleh Malaysia.

Skor imbang nirgol kembali terjadi dalam pertemuan ketiga Indra melawan Malaysia dalam ajang Trofi Hassanal Bolkiah 2014 di Brunei Darussalam. Ironisnya, hasil terburuk dirasakan dalam pertemuan terakhir Indra melawan Malaysia, yakni kekalahan 1-4 pada fase kualifikasi Piala Asia U-19 2018 di Paju, Korea Selatan.

Toh, noda hitam dalam catatan pertemuan melawan Malaysia tak membuat Indra menanggalkan sikapnya yang sarat optimisme. Pasalnya, Indra meyakini pihaknya bahwa Garuda Muda memiliki kelebihan dari sisi moral.

"Pertama, posisi kita sekarang punya satu poin karena kemarin draw sedangkan dia kalah," kata Indra selepas memimpin sesi latihan persiapan jelang melawan Malaysia di Lapangan AUPP, Phnom Penh, Selasa pagi lalu. "Yang kedua, kemarin kita main sore dan mereka main malam. Keberuntungan-keberuntungan itu kita hitung," ujarnya menambahkan.

Hasil imbang melawan Myanmar sebetulnya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan memang, namun itu tak menganulir keadaan Indonesia sedikit lebih baik dibandingkan Malaysia saat ini. Kemudian untuk waktu bermain, ketika melawan Malaysia Indonesia setidaknya tidak lagi perlu beradaptasi dengan cuaca panas yang dua hari sebelumnya menempa mereka saat menghadapi Myanmar. Sebaliknya, Malaysia mungkin perlu beradaptasi.

Lapangan sintetis Stadion Nasional Phnom Penh dibangun pada 1963 ketika Kamboja mempersiapan diri untuk menjadi tuan rumah SEA Games 1964, lantas digunakan juga untuk Pesta Olahraga GANEFO Asia kedua pada 1966. Namun pada masa rezim Khmer Merah berkuasa, stadion tersebut dialihfungsikan menjadi ladang eksekusi personel maupun tentara pemerintahan sebelumnya.

Pada 2014 wajah stadion itu kembali bersolek berkat program FIFA Goal's Project yang mendukung pengembangan fasilitas sepak bola di negara-negara berkembang. Lantas tahun lalu, Stadion Nasional menjadi tuan rumah berlangsungnya turnaman dwitahunan Piala AFF (tingkat senior) untuk pertandingan-pertandingan timnas Kamboja yang berakhir dengan kekalahan 0-1 melawan Malaysia dan menang 3-1 atas Laos.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait