Film Nawal Menitikberatkan Perasaan Keluarga Aktivis Hilang

Christiya Dika Handayani | 19 Mei 2019 | 09:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - 21 tahun lalu, tepatnya 12 Mei 1998, peristiwa mencekam terjadi saat mahasiswa melakukan demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto. Sejumlah mahasiswa dan aktivis menjadi korban penghilangan secara paksa. Komnas HAM mencatat ada 23 aktivis pro demokrasi yang menjadi korban penculikan.

Sembilan orang di antaranya dilepaskan setelah mengalami penyiksaan. Sementara 13 orang lainnya, hingga saat ini masih hilang. Terinspirasi dari fakta tersebut, sekumpulan anak muda Bogor dengan bender Uncle S film memproduksi film pendek berjudul Nawal.

Lain dari film soal kerusuhan 1998 lainnya, Nawal yang berasal dari kata "Lawan" yang dibaca terbalikini lebih menitikberatkan pada perasaan keluarga korban yang hingga kini masih dipertanyakan keberadaannya.

"Film Nawal ini sebenarnya enggak terlalu menceritakan tentang situasi 1998, tapi lebih menceritakan gimana perasaan keluarga ketika tragedi itu terjadi. Selama ini kalau kita misalnya ngomongin 1998, pasti ngomonginnya adalah gimana sih ketika demo, kerusuhan itu," ujar sang sutradara, Bayu Adityo Prabowo, saat berkunjung ke kantor Tabloidbintang.com di Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (18/5).

"Tapi di film ini gua mengangkatnya sih lebih ke gimana sih perasaan keluarga ketika kerusuhan itu terjadi, karena yang sering kita lihat gimana terjadinya kerusuhan, tapi kita enggak pernah tahu gimana perasaan keluarga para aktivis atau mahasiswa yang saat itu terjebak dalam kerusuhan," sambungnya.

Film berdurasi 18 menit ini berkisah tentang seorang mahasiswa bernama Mahatma atau biasa disapa Maha. Maha bergegas ke Jakarta saat mendapat kabar tentang banyak rekannya sesama aktivis pro demokrasi yang hilang diduga diculik penguasa. Ibunda Maha yang mengetahui hal tersebut, melarang putera kesayangannya pergi.

Namun Maha tetap bersikeras kembali ke Jakarta dan akhirnya dia pun ikut diculik. Ibu dan adiknya, Drupadi, menunggu kepulangan Maha. Hingga akhirnya mereka tahu bahwa Maha dihilangkan secara paksa. Namun mereka selalu berharap Maha akan kembali di pagi hari dan memakan sarapan kesukaannya bersama mereka.

Film ini akan dimainkan oleh Noviya Setiyawaty yang berperan sebagai Ibu Maha, Julfikar Maha Putra sebagai Maha dan Nadia Karina sebagai Drupadi. Lewat Nawal, sang sutradara berharap tragedi 1998 tak lagi terulang.

"Kalau gua pribadi pengennya gimana caranya tragedi 1998 itu enggak terulang lagi dengan cara kita kasih lihat gimana perasaan keluarga menyentuh titik kemanusiaan penonton," pungkas Bayu Adityo Prabowo.

Saat ini, film Nawal hanya diperuntukkan komunitas-komunitas dan festival. Film ini akan ditayangkan perdana di Gedung Kemuning Gading, Bogor, Jawa Barat, 26 Mei 2019 mendatang.

(dika/ari)

Penulis : Christiya Dika Handayani
Editor: Christiya Dika Handayani
Berita Terkait