Arwin P Manurung, Produser Musik Daerah Bertahan di Tengah Persaingan Ibukota

Vallesca Souisa | 7 September 2021 | 20:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Berkarir di dunia musik, tentunya memiliki tantangan tersendiri bagi para musisi. Salah satu tantangannya adalah bagaimana menjadi diri sendiri dan menyampaikan pesan yang jelas dari setiap karya yang diciptakan.

Arwin P Manurung atau yang akrab disapa awenz, adalah seorang produser musik dari Sumatera Utara, ia lahir di Medan, dan memulai karir sebagai musisi di tahun 2006 silam. Sebagai produser, ia banyak memproduksi karya-karya, baik itu lagu dan musik video dalam bentuk album maupun single untuk talent-talent di Sumatera Utara. Ia berkonsentrasi di musik daerah dengan mengkolaborasikannya dengan musik-musik masa kini.

“ Walaupun saya lahir di kota Medan, tapi saya besar di kota Pematangsiantar. Di kota inilah saya mulai belajar tentang instrument musik, membentuk sebuah band, hingga mencipta lagu. Dan di tahun 2006 saya kembali ke Medan dan bekerja di salah satu studio rekaman. Awalnya saya adalah musik arranger untuk artist-artist Hip Hop di kota Medan. Cukup lama mendalami instrument-instrument Hip Hop, inilah yang menjadi fundasi buat saya untuk mengaransemen musik-musik dari genre lainnya."

Pada tahun 2013, ia membentuk dan memproduseri sebuah grup musik yang bernama Siantar Rap Foundation (SRF). SRF sendiri adalah grup musik yang pernah masuk ke dalam nominasi kategori karya produksi lagu berbahasa daerah terbaik di Anugerah Musik Indonesia di tahun 2019 dengan membawakan lagu ciptaannya berjudul Pariban, yang menjadi Soundtrack sebuah film layar lebar Pariban Idola dari Tanah Jawa yang dibintangi Atiqah Hasiholan dan Ganindra Bimo.

“ Saya tetap konsisten untuk memperkenalkan alat musik daerah di setiap karya saya. Di SRF sendiri contohnya, saya memadukan alat-alat musik tradisional batak dengan instrument-instrument Hip Hop.”
Perkembangan musik daerah sendiri di masa sekarang cukup cepat. Banyak produser-produser musik daerah yang memadukan musik tradisinya ke musik-musik masa kini.

“ Memang untuk masa sekarang, penggabungan tersebut menjadi karakter musik yang unik, tentunya dengan mengangkat pesan-pesan budaya. Selain dapat meningkatkan kecintaan anak muda terhadap musik tradisi, saya juga berharap musik tradisi bisa bersaing dengan musik-musik nasional di industri musik tanah air. Karena jaman sekarang dengan adanya teknologi internet, market dan distribusi musik daerah sudah lebih gampang sampai ke telinga para pendengarnya. Dengan memanfaatkan media social atau platform musik lainnya. “ ungkap ayah satu anak ini.

Mungkin dari sisi bisnis, pasar musik tradisi tidak seluas pasar musik nasional. Tapi dengan adanya media social dan platform-platform musik di jaman sekarang, tidak menutup kemungkinan ranah musik tradisi bisa menjangkau sisi pasar bisnis seperti ranah musik nasional.

Penulis : Vallesca Souisa
Editor: Vallesca Souisa
Berita Terkait