Kisah Haru Di Balik kesuksesan Film Susah Sinyal yang Lambat Panas

Wayan Diananto | 13 Januari 2018 | 23:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Dan kisah sukses Ernest Prakasa (35) berlanjut. Karya ketiga Ernest, Susah Sinyal, kembali menembus daftar film Indonesia terlaris 2017. 

Hari pertama penayangan, 21 Desember lalu, Susah Sinyal mengumpulkan 112 ribu penonton. Kalah dari Ayat-ayat Cinta 2. Uniknya, Susah Sinyal bagai mesin diesel. 

Butuh waktu beberapa hari untuk panas dan menyerap lebih banyak perhatian khalayak. 

Hingga hari ini, Susah Sinyal sudah menyihir lebih dari 2 juta penonton. 

Selama 2 minggu, Susah Sinyal konsisten mengumpulkan 100 ribuan penonton per hari. Ini membuat Ernest berlega hati. Awalnya, bintang film Rudy Habibie ini ketar-ketir mengingat tema yang diusung Susah Sinyal tidak sefamilier Cek Toko Sebelah.

“Setiap orang pernah bertransaksi di toko. Namun tidak setiap orang pernah berurusan dengan hamba hukum, khususnya pengacara. Dan tidak setiap orang menjadi korban perceraian. Itu yang membuat saya deg-degan di awal dan terus bertanya, apakah Susah Sinyal mudah terkoneksi dengan penonton?” beri tahu Ernest dalam wawancara empat mata di Jakarta Selatan.

Saat Susah Sinyal merengkuh 100 ribuan penonton hari pertama penayangan, Ernest tak dapat menyembunyikan bahagianya.

Pelawak tunggal kelahiran 29 Januari itu menilai, indikator kesuksesan sebuah film bukan sekadar pergerakan jumlah penonton di tangga box office.

Melainkan, seberapa penting karya itu di mata penonton. Ayah dua anak ini kemudian membagi pesan penonton yang membuatnya berkaca-kaca.

Seorang penonton mengirim pesan lewat fitur direct message Instagram, “Di adegan Ellen menangis ke Kiara karena pekerjaan, aku ingat Mama.

Mama capek pulang mengajar masih harus lanjut menjadi mitra pengemudi ojek daring. Tapi aku minta dia segera pulang. Padahal ia cari uang buat aku dan adik.

Di sisi lain, ibu kandungku belum bertemu denganku selama 12 tahun karena bekerja di luar negeri sebagai TKW. Aku punya dua ibu. Kadang, kita sebagai anak terlalu egois.”

(wyn / gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait