Surat Cinta untuk Starla the Movie, Lagi-Lagi Jefri Nichol

Wayan Diananto | 15 Januari 2018 | 02:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Jefri Nichol (18) lagi, box office lagi. Film keenam Jefri yang dirilis 28 Desember lalu, Surat Cinta untuk Starla the Movie, disambut hangat penonton. Hari pertama penayangan, film ini merangkul 111 ribu penonton. 

Dalam seminggu, Surat Cinta untuk Starla the Movie ditonton 760 ribu orang lebih. Antusiasme penonton sudah terasa sejak serial web Surat Cinta untuk Starla mengudara di jagat maya. Per episode, serial web itu menyedot perhatian 2 juta warganet. 

Jefri Nichol menilai kunci sukses Starla terletak pada cerita buatan Tisa TS, yang terkoneksi dengan generasi milenial. 

Selain itu, rumah produksi Screenplay Films dan Legacy Pictures merancang strategi promosi yang tepat sasaran. Hingga artikel ini disusun, Jefri dan lawan mainnya, Caitlin Halderman, mengunjungi enam kota lagi untuk promosi. 

Kamis (4/1), para pemain Starla mengunjungi Surabaya. Perjalanan berlanjut ke Yogyakarta, Medan (6/1), dan Palembang (7/1). Terakhir Jefri diterbangkan ke kampung halamannya, Padang, Sumatera Barat, Senin (8/1). 

“Menyenangkan! Saya bersyukur untuk pencapaian ini. Kita tahu sepanjang 2017, banyak film Indonesia laris. Di daftar 10 film Indonesia terlaris, semua film meraih 1 juta penonton lebih. Fenomena yang sama terjadi pada 2016. Ini pertanda baik untuk industri layar lebar. Semoga genre film Indonesia ke depan, makin beragam,” tutur Jefri Nichol antusias. 

Starla konsisten mengumpulkan 100 ribu penonton per hari. Pencapaian ini mengingatkan kita pada film Ernest Prakasa, Susah Sinyal. 

Pemerhati film menilai, langkah Starla menuju 1,5 juta penonton akan sangat mudah. Sutradara film ini, Rudi Aryanto (50), mengatakan, target film ini sebenarnya tidak muluk.

“Film ini dirilis di tengah rasa minder. Lagunya meledak, ditonton 190 juta kali di YouTube. Serial web Surat Cinta Untuk Starla per episode mengumpulkan 2 juta penonton. Saya tidak mau merusak lagu dan serial webnya. Film ini saya maksudkan memperindah dua medium yang lebih dulu dirilis,” ujar Rudi di Jakarta, pekan lalu.

Ia mengakui, selain cerita dan lagunya yang indah, peran Jefri sebagai karakter utama sangat krusial. Dalam pandangan Rudi, Jefri punya penggemar garis keras. Penggemar tidak sekadar ingin berjumpa dengan Jefri Nichol. 

Melainkan menemui tokoh yang dibawakan Jefri. Dear Nathan, misalnya. Orang penasaran bagaimana Nathan yang dilukiskan novel mewujud dalam diri Jefri Nichol.

“Hal yang sama terjadi di Starla. Setelah film ini meledak, saya ingatkan Jefri untuk tidak menjadikan Starla film terakhir. Ke depan, ia bisa lebih sukses. Sama seperti dulu saya mengagumi Leonardo DiCaprio. Kali pertama muncul di film What's Eating Gilbert Grape (1994), ia disebut aktor. Lalu, aura kebintangannya terpancar saat menggebrak di Titanic. Dia menjadi bintang. Jefri saya yakini bisa melakukan hal yang sama,” papar Rudi.

(wyn / gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait