Truth or Dare, Horor dengan Cinta Segitiga yang Kusut

Wayan Diananto | 11 Mei 2018 | 10:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ide membuat film bisa datang dari mana saja, termasuk permainan populer yang nyaris terabaikan, jujur atau tantangan (truth or dare).

Permainan ini diadaptasi ke layar lebar oleh produser Jason Blum, yang tempo hari memuncaki box office bersama A Quiet Place. Sayangnya, kualitas Truth or Dare berbanding terbalik dengan A Quiet Place. 

Markie (Violett) mengajak Olivia (Lucy) liburan bersama gengnya. Mereka berkelana ke Meksiko, menghabiskan malam di sebuah pub. Di sana, kebiasaan Markie "main api" di belakang pacarnya, Lucas Moreno (Tyler) terulang. Berkali-kali pula Olivia menutupi perselingkuhan itu. Jelang dini hari, Olivia berkenalan dengan Carter (Landon). 

Carter diperkenalkan kepada Markie, Lucas, dan anggota geng lain yakni Penelope (Sophia), Tyson (Nolan), Ronnie (Sam Lerner), Brad (Hayden Szeto), dan Alexis (Morgan Lindholm). Carter menggagas ide untuk menghabiskan malam di sebuah gereja tua di pinggir kota. Di gereja itu, mereka bermain truth or dare sembari menenggak minuman.

Usai bermain, keganjilan terjadi. Carter kabur. Beberapa hari kemudian, makhluk tak kasat mata membuntuti geng Markie. Makhluk ini mengajak mereka bermain truth or dare dengan nyawa sebagai taruhan.

Ide yang menarik dinodai konflik dan cerita sampingan yang tidak perlu. Masalah paling hakiki terletak pada pertalian tiga tokoh utama: Olivia, Lucas, dan Markie. Markie sebagai anak yatim menjadikan Olivia sahabat selamanya. Konflik meruwet setelah Lucas masuk ke dalam hubungan mereka. Klasik, soal cinta segitiga.

Makin dikulik konflik klasik ini, makin kusut dan terasa berputar di area itu saja. Siklus ini berdampak pada perkembangan karakter dan akting para pemainnya yang? tampil ala kadarnya. Beberapa pemain pendukung bahkan seolah hadir hanya untuk memeriahkan suasana lalu dihabisi.
Poin paling mengecewakan ada di pemeran Carter. Sebagai tokoh kunci yang ceritanya sudah bocor di pertengahan, setidaknya Landon diharapkan mampu menjaga rasa penasaran penonton. Nyatanya tidak. Ia sekadar raib lalu tampak panik.

Dari segi konten naskah, mendekati pengujung, tantangannya bisa ditebak. Film ini minim kejutan. Beberapa tantangan yang diniatkan meneror penonton, malah mengundang tawa. Cara sutradara membangun konflik terkesan instan. Belum sempat penonton merasakan nikmatnya terjebak konflik, beberapa klu membocorkannya.

Akibatnya, talenta sebesar Lucy Hale dan Tyler Posey sekadar remaja berpenampilan menarik yang sedang apes. Tanpa Mas Tyler yang gantengnya level olimpiade, mungkin kami terlelap di bioskop.

Pemain    : Lucy Hale, Tyler Posey, Violett Beane, Sophia Ali, Nolan Gerard, Landon Liboiron    
Produser    : Couper Samuelson, Jason Blum
Sutradara    : Jeff Wadlow
Penulis    : Jillian Jacobs, Michael Reisz, Christopher Roach, Jeff Wadlow
Produksi    : Universal Pictures, BlumHouse Productions
Durasi        : 1 jam 40 menit

(wyn / gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait