RESENSI FILM The Darkest Minds, Saat Anak-anak Berubah Tanpa Sebab dan Ditakuti

Nanda Indri Hadiyanti | 15 Agustus 2018 | 21:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Tidak ada penjelasan ilmiah, juga bukan sesuatu yang berbau mistis. Kisah ini dimulai dengan tiba-tiba, tanpa latar belakang yang jelas. Sebut saja wabah, datang, dan menyerang anak-anak. Itu yang diusung The Darkest Minds.

Cerita The Darkest Minds dimulai saat Ruby Daly (Amanda Stenberg) yang masih berusia 10 tahun melihat teman-teman sekolahnya tewas satu per satu. Namun dia dan beberapa anak lainnya, bertahan. Namun mereka yang bertahan, berubah. Mereka memiliki kekuatan aneh, dan membuat pemerintah merasa terancam dengan kekuatan tersebut. Anak-anak ini kemudian ditangkap.

Mereka yang bertahan kemudian digolongkan berdasarkan warna. Warna itu juga yang nantinya akan menentukan kehidupan mereka. Hijau mereka yang kecerdasannya meningkat tajam, biru adalah mereka yang mampu menggerakkan benda menggunakan pikiran, emas mereka yang mampu memanipulasi listrik, sementara dua lagi, merah dianggap sangat berbahaya dan oranye terlalu berbahaya hingga harus disingkirkan.

Babak baru dimulai saat Ruby Daly dibawa ke penampungan sementara anak-anak yang memiliki kekuatan aneh tersebut. Dari sana juga Ruby Dal mengetahui dirinya masuk dalam golongan warna oranye, yang berarti nyawanya harus dihabisi.

Enam tahun kemudian, kekuatan Ruby Dal membawanya bertemu dengan Dr. Cate Connor (Mandy Moore) yang katanya ingin menyelamatkannya. Namun jalan cerita kembali melebar saat Ruby Dal justru bertemu dengan tiga anak lainnya yang juga memiliki kekuatan sepertinya. Ketig anak itu si biru, Liam Stewart (Harris Dickinson), si emas, Suzume (Miya Cech) dan si hijau, Chubs (Skylan Brooks).

Mereka berempat yakin bahwa terdapat satu tempat yang bisa menyelamatkan mereka. Tempat tersebut ternyata dikelola oleh putra presiden, Clancy Gray (Patrick Gibson), yang justru membuat keadaan semakin rumit.

Cerita terasa kurang greget. Mengingatkan pada The Hunger Games dan The Divergent, namun tanpa pengembangan yang maksimal. Sentuhan cinta remaja antara Ruby dan Liam bisa jadi magnet tersendiri di film ini. Sayangnya emosi kurang terasa. Setelah separuh film, The Darkest Minds terasa kehilangan arah.

Sutradara Jennifer Yuh Nelson nampaknya lebih suka dengan hal-hal detil menunjukkan kekuatan tiap warna, namun gagal menunjukkan hal besar di balik kekuatan yang diwakili warna tersebut. Bisa dibilang, semua serba menggantung di film ini.

(nda/ray)

Penulis : Nanda Indri Hadiyanti
Editor: Nanda Indri Hadiyanti
Berita Terkait