[RESENSI] Sekte: Akting Asmara Abigail dan Gesata Stella Adalah Kunci 

Wayan Diananto | 25 April 2019 | 10:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ditemukan babak belur di tengah hutan, Lia (Asmara) tak dapat mengingat apa-apa. Bahkan, Lia tak tahu nama lengkapnya dan tragedi apa yang menimpanya. Dewi (Gesata) yang menemukan Lia, membawanya ke sebuah rumah yang memiliki banyak bilik dan dihuni beberapa orang aneh. Di rumah itu, Dewi merawat Lia dan mengenalkannya pada sejumlah penghuni. Salah satunya, Desta (Trisa). Pemuda ini tampak murung dan tak bersemangat.

Kepada Lia, Desta bercerita telah bertahun-tahun terpisah dari orang tuanya. "Yang kuingat dari ibuku. Ia mengenakan kalung dengan liontin batu berwarna biru. Aku ingat liontin itu tapi lupa seperti apa wajah ibuku," ucap Desta dengan air mata berlinang. Suatu malam, Lia mendengar suara rintihan dari taman di sekitar rumah. Penasaran, ia mengecek dan mendapati sepasang suami istri dengan wajah mengerikan. Sejurus kemudian, ia menemukan Desta digantung di sebuah pohon. 

Kematian Desta, pukulan berat bagi Lia. Sadar ada yang tak beres dengan rumah itu, Lia mencoba kabur namun tepergok penghuni rumah lainnya. Ia lantas disekap di sebuah gudang bersama laki-laki bernama Sony (Derby). Sony mengenali Lia sebagai adiknya.

Kekuatan film Sekte adalah alur cerita menyerupai labirin yang menjebak penontonnya sendiri. Saya seperti diajak berputar-putar seraya diminta waspada terhadap apapun. Saya tahu apa yang harus dilakukan namun buta jalan. Beberapa klu yang seolah menolong saya memecahkan kebuntuan memperlihatkan gelagat mencurigakan. Walhasil, kita diminta untuk tidak mudah percaya orang lain seraya mencari jalan sendiri. Dapat jalan keluar ya, syukur. Kalau tidak, itu risiko.

Dengan cerita yang tak mudah ditebak, Sekte mengasyikkan untuk diikuti. Ditinjau dari aspek lokasi, film ini sebenarnya tidak membawa kita ke mana-mana. Hanya berputar-putar di dalam rumah, sesekali ke luar rumah, lalu lokasi berpindah ke hutan. 

Tanpa naskah yang susah ditebak, Sekte berpotensi membosankan. Di sisi lain, karya William Chandra ini punya aset Asmara dengan akting yang meyakinkan. Bagi saya, akting Asmara adalah kunci. Ia mendefinisikan Lia sebagai pribadi rapuh sekaligus tangguh. Rapuh karena tak punya klu apapun seputar rumah itu (jangankan rumah, nama sendiri saja lupa). Tangguh karena naluri untuk bertahan hidupnya kuat. 

Asmara sukses mengirim beragam emosi kepada penonton dari takut, marah, ogah menyerah, hingga berani karena tak punya pilihan lain. Pujian juga layak diberikan kepada Gesata yang berhasil mempresentasikan aura serbaganjil. Diamnya Gesatta bikin deg-degan. Senyum, perhatian, dan kebaikannya pada Lia tak serta merta membuat kita merasa adem ayem.  

Tema Sekte sepintas mengingatkan kita pada MatiAnak, yang ndilalah juga ditangani Derby Romero. Bedanya, Derby di MatiAnak menjabat sutradara sekaligus pemain. Di Sekte, ia menjadi pemain, produser, dan produser eksekutif. Bermain di genre horor, Derby berhasil membuktikan Sekte dan MatiAnak bukan horor murahan.

Tema besar seputar aliran sesat memang tidak baru. Sebelum ini, kita mengenal Pengabdi Setan (Joko Anwar, 2017) yang sukses menyerap 4,2 juta penonton. Belasan tahun sebelum Pengabdi Setan menciptakan standar baru untuk box office film horor, kita mengenal sekte Mangkujiwo yang menyembah Sri Sukma dalam film trilogi Kuntilanak. Akankah Sekte mencetak box office tahun ini?

Pemain: Asmara Abigail, Derby Romero, Rizky Nazar, Gesata Stella, Trisa Triandesa
Produser: Derby Romero, Marsio Juwono 
Sutradara: William Chandra
Penulis: Husein M. Atmojo, William Chandra
Produksi: Open Door Films, Silver Bullet Film, Yellow Box
Durasi: 1 jam, 29 menit

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait