RESENSI FILM Gemini Man: Aksi Baku Hantam Will Smith Vs. Will Smith

Panditio Rayendra | 7 Oktober 2019 | 11:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Will Smith bermain di film action terbaru berjudul Gemini Man. Dalam film arahan sutradara Ang Lee ini, Will Smith berperan sebagai Henry Brogan.

Henry Brogan adalah pembunuh profesional yang bekerja untuk Defense Intelligence Agency (DIA). Brogan tidak pernah gagal dalam melaksanakan tugasnya, menghabisi penjahat kelas atas yang menjadi musuh pemerintah. Di usianya yang sudah kepala lima, Brogan memutuskan untuk pensiun.

Usai berhasil melaksanakan sebuah misi, Brogan mendapat cerita dari rekannya bahwa orang yang baru dihabisinya bukanlah penjahat. Brogan pun jadi bimbang, apakah selama ini dia dibohongi atasannya dan membunuh orang tidak berdosa? Belum sempat mencari jawabannya, Brogan mendapati dirinya diincar pembunuh profesional.

Brogan lantas bertemu dengan Danny Zakarweski (Mary Elizabeth Winstead), pembunuh wanita yang tadinya mendapat tugas mengawasi Brogan. Namun begitu sadar nyawanya juga diincar sekelompok pembunuh profesional, Zakarweski pun memutuskan membantu Brogan.

Dalam pelarian mereka, seorang pembunuh yang lihai datang menyerang, membuat Brogan cukup kewalahan. Baik Brogan dan Zakarweski terkejut karena secara fisik pembunuh itu serupa dengan Brogan, hanya saja lebih muda. Siapa pembunuh itu sebenarnya?

Film yang naskahnya digarap David Benioff, Billy Ray, Darren Lemke ini tidak menawarkan hal baru. Kisah pembunuh yang hendak pensiun tapi malah hendak dihabisi sudah kerap diangkat. Memang, dimodifikasi dengan bumbu fiksi ilmiah, tentang cloning. Efek khusus yang membuat Will Smith jadi muda memang terlihat bagus. Namun hal ini menjadi terkesan hanya tempelan. Tidak ada ruang yang memadai untuk menjelaskan bagaimana teknologi klon ini dikembangkan, penjelasan hanya lewat dialog. Demikian pula motif mengapa klon ini dilakukan, terasa terlalu sederhana.

Gemini Man hadir memakai teknologi 3D+ HFR (High Frame Rates) yang membuat gambar lebih tajam. Gemini Man tampil dengan 60 frames per second (film lain biasanya 48 frames per second). Bisa jadi Anda merasa dimanjakan dengan gambar yang sangat jernih. Atau sebaliknya, merasa aneh karena terasa menonton serial TV atau siaran langsung pertandingan olahraga.  Adegan aksinya lumayan seru, tapi tidak cukup meninggalkan kesan. Demikian pula emosi antar karakter yang kurang memikat.

(ray / ray)

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait