Wild Card: Jason Melompat, Simon Keteteran

Wayan Diananto | 3 Februari 2015 | 05:37 WIB

Pemain: Jason Statham, Michael Angarano, Dominik Garcia L., Milo Ventimiglia, Hope Davis 
Produser: Steve Chasman
Sutradara: Simon West
Penulis : William Goldman
Produksi: Lionsgate, SJ Heat Productions
Durasi: 92 menit

TABLOIDBINTANG.COM - JASON Statham itu seperti Jet Li di dekade 90-an. Dulu, ketika saya masih tinggal di Solo dan harga tiket jaringan bioskop 21 masih Rp 3.500 (mohon tidak bertanya tahun berapa karena ini berhubungan dengan umur, agak sensitif, hehehe) sering terdengar ujaran, “Eh, nonton Jet Li, yuk! Lagi main di bioskop, tuh!”.

Jadi, yang disebut Jet Li-nya. Bukan judul filmnya. Judulnya mah, masa bodo. Yang penting Jet Li.

Nah, Jason pun begitu. Asal ada Jason Statham, pasti filmnya seru.

Maksud seru di sini, penuh aksi. Bak-bik-buk. Dar-der-dor. Lakon menang. Musuh kalah. Hati senang.

Cinta publik Indonesia terhadap Jason selalu tinggi. Begitu dirilis (tanpa harus diperkenalkan lewat sesi midnight show) langsung menduduki studio 1, studio dengan kapasitas penonton terbanyak.

Bahkan, saat hujan seharian melanda Jakarta dan matahari entah bersembunyi di mana pun, 50 persen lebih kursi terisi. Itulah daya pikat Jason. Tapi Wild Card kasus berbeda.

Dimulai dengan pertemuan Nick Wild (Jason) dengan Doris (Sofia Vergara) di sebuah kafe tua. Doris dirayu Osgood (Max Cassela). Lalu,k terjadi keributan kecil di antara mereka. Kisah berpindah ke kantor Nick dan Pinky (Jason Alexander).

Pada hari itu, seorang milyuner Cyrus Kinnick (Michael) hendak menyewa Nick sebagai bodyguard selama kunjungan di Vegas. Terjadi interaksi unik di antara keduanya. Cyrus yang bimbang menentukan arah hidup ingin belajar hidup dari Nick.

Tapi masalah sebenarnya, datang dari kerabat Nick, Holly (Dominik). Holly diajak “pesta” oleh Daniel DeMarco (Milo) beserta dua pengawal, Tiel (Chris Browning) dan Kinlaw (Matthew Willig). Pesta berakhir dengan permainan mematikan.

Daniel menempatkan pistol ke (maaf) kemaluan Holly. Ia dipaksa menyatakan cinta dan jika pernyataan Holly terdengar kurang meyakinkan, maka Daniel akan menarik pelatuknya. Holly berniat menuntut balas atas hal ini.

Berbeda dengan film Jason sebelumnya, Wild Card adalah upaya Simon membangun karakter dari keping-keping alur hidup yang muram dengan mayoritas peristiwa terjadi pada malam hari. Maka, film ini terasa kian muram dan pucat. Karakter yang dibangun adalah Nick. Maka, Anda yang berharap dibombardir Simon dengan adegan baku hantam, letupan pistol, dan ledakan bom akan kecewa.

Bukan baku pukul yang digunakan untuk membangun karakter Nick, melainkan kemelut. Salah satu kemelut itu dimulai dari meja judi dan interaksi dengan Cassandra (Hope). Interaksi dan tekanan ini memang efektif menggali kemampuan berakting Jason. Beberapa ekspresi yang jarang diperagakan Jason terlihat. Salah satunya, di kamar mandi saat ia bermonolog soal kehilangan dan penyesalan.

Tapi sekali lagi tampaknya, bukan itu yang dimau penonton. Padahal, film ini ditunjang dengan sinematografi yang membuat suasana film terasa lebih puitis dan dramatis. Dimulai dengan musik yang terdengar laras dan visual percikan api dari sebatang korek. Gambar indah ini mencapai puncaknya, saat Nick dikeroyok anak buah Daniel dengan balutan lagu “White Chritmas”. Ini mengingatkan kami pada adegan pertempuran berbalut lagu riang dalam Defiance (Edward Zwick, 2008).

Apik secara ilustrasi dan gambar tapi Simon tampak keteteran membangun karakter penunjang dan menghubungkannya dengan tokoh utama. Kalau diperhatikan lebih jeli, motif Cyrus dan mengapa ia tampak butuh serta amat peduli dengan Nick kurang meyakinkan. Pun kita sebenarnya berharap pada Osgood. Digambarkan di awal memiliki pertalian yang baik dengan tokoh utama lalu karakter ini entah kemana. Seolah berdiri sendiri-sendiri termasuk Holly.

Wild Card diadaptasi dari novel William Goldman bertajuk Heat. Pernah diangkat ke layar lebar dengan judul sama pada 1986. Bagi Jason, film ini sebuah lompatan akting. Selain mengukuhkan diri sebagai bintang laga, dia di sini menajamkan aspek keaktorannya. Dan untuk pencapaian ini, kita patut memberi applause. Siapa tahu, di tangan sutradara yang tepat kelak ia menyusul pencapaian Mickey Rourke dalam The Wrestler (Darren Aronofsky, 2008). 

Tebak-tebakan Yuk! Saat menuntut balas kepada Daniel, Holly membawa tas berisi:
A. Senapan laras panjang
B. Gincu dan bedak
C. Gunting rumput
D. Pengikir kuku
E. Granat

 

(wyn/gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait