Pohon Keramat: Fotokopi Formula dan Kesalahan yang Sama

Wayan Diananto | 14 Februari 2015 | 09:20 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ada keluarga pindah ke rumah baru dan ternyata rumah baru itu ada penunggunya. Formula ini terus dan terus dipakai oleh film horor Hollywood maupun lokal. Sama seperti teks yang difotokopi berulang-ulang, lama-lama terlihat samar tak terbaca. Begitu pun nasib formula ini di layar lebar. Pohon Keramat (PK) menjadikan formula yang mulanya begitu berharga ini kian tak berharga.

Begini, pasangan Novia (Ayu) dan Adrian (Afdhal) membawa anak, Dafa (Alejandro), pindah ke rumah baru di pinggir Jakarta. Novia mengajak serta adik, Nina (Angbeen). Di kebun belakang rumah itu, terdapat pohon tua. Sejak pindah ke rumah itu, Dafa mengaku punya teman imajiner bernama Adi. Sejak pindah ke rumah itu pula, Novia kerap melihat sosok berwajah pucat berdiri di halaman. Sosok ini kerap terlihat dari balik jendela dapur. Adrian tidak menggubris kejanggalan ini.
    
Novia mempekerjakan babysitter (Yulia) untuk mengurus Dafa. Baru beberapa hari, pembantu mata duitan itu pamit. Di jalan, ia tertabrak mobil dan mangkat. Rangkaian kejanggalan ini mencapai puncak ketika Novia menemukan mayat di kamar Nina. 
    
Pertanyaan yang kami ajukan untuk film The Boy Next Door kami ajukan pula untuk PK. Apa salahnya dengan menampilkan tema pindah ke rumah baru lalu diteror hantu? The Skeleton Key, The Hole, Ladda Land, The New Daughter, Ju-On, Insidious, dan The Conjuring memakai formula yang sama. Hasilnya? Keren dan laris. PK lupa menajamkan karakter dan menentukan timing yang pas untuk penampakan. Kesalahan yang selalu terjadi pada film horor kita.
    
Saat cerita sedang dibangun, tiba-tiba muncul hantu. Kami tidak kaget. Malah bertanya-tanya, apa tujuannya penampakan itu? Hendak memberi isyarat, mau balas dendam, atau sekadar (kalau boleh meminjam istilah di Twitter) nyamber-hore? Tak ada dampak mendalam dari beberapa penampakan itu. Mengejutkan pun tidak. Beberapa elemen horor yang disuguhkan mubazir. 
    
Berkaca dari film Kuntilanak, lagu "Durma" setidaknya tepat guna. Begitu melantunkan "Durma" penonton stres dan ingin adegan ini segera berlalu saking menerornya. Atau piano rumah kentang di film Tusuk Jelangkung yang ketika berdenting, membuat kita waswas. Lagu "Kasih Ibu" yang diulang dua kali di awal film ini dalam waktu kurang dari 15 menit tidak memberi efek jera.
    
Beberapa adegan gagal menyatakan maksud. Kesalahan seperti ini, sekali lagi, kerap dijumpai di puluhan bahkan ratusan film horor Indonesia sebelum PK. Kali pertama kesalahan ini dibuat, kita masih bisa menoleransi. Ketika kesalahan yang sama diulang-ulang, kita pun bertanya, yang salah penulis naskah atau penonton yang masih mau disuguhi formula begini. Kalau boleh meminjam tagarnya Mbak Princess Syahrini, #Kesalahan_Ini_Tiada_Ampun_Lagi. 

Pemain    : Ayu Pratiwi, Afdhal Yusman, Angbeen, Alejandro, Cakra B. Pratama, Yulia Wirawati 
Produser    : Gobind Punjabi
Sutradara    : George Hutabarat
Penulis        : Deden Tristanto
Produksi    : Sentra Pictures
Durasi        : 89 menit

(wyn/adm)
Foto: Dok. Sentra Film

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait