Love & Faith : Menguras Emosi, Mencubit Nurani

Wayan Diananto | 14 Maret 2015 | 08:14 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Love & Faith (L&F) simbol menanjaknya kembali standar penyutradaraan Benni Setiawan setelah merosot di beberapa film seperti Cahaya Kecil, Edensor, dan Sepatu Dahlan. Lewat film rilisan E-motion, Benni seolah berkata, "Setelah kelelahan mengerjakan beberapa film, saya kembali. Lihatlah!" 

Film ini membuktikan tema klasik (betapa pun sering dibuat), jika dilakonkan aktor dan aktris mumpuni, tetaplah memikat. Laura dan Rio pilihan tepat.

Tema klasik itu berbunyi, usaha yang dilakukan dengan semangat pantang menyerah pasti bisa mengubah nasib seseorang. Kita telah menjumpai tema kerja keras mengubah nasib itu dalam banyak judul. Itu diulang lagi oleh L&F. Film ini mempertemukan kita dengan Kwee Tjie Hoei alias Karmaka (Rio). Ia dan adiknya, Kwee Tjie Ong (Dion), dibesarkan di lingkungan keluarga yang kurang mampu. 
    
Ketika lulus SMA, ayah mereka, Kwee Tjie Kui (Ferry) dan ibu (Irina), tidak mampu membiayai kuliah. "Salah satu di antara kalian harus ada yang mengalah," kata Kwee Tjie Kui kepada anak-anaknya. Karmaka mengalah. "Harus ada orang penting yang lahir dari keluarga ini," ia beralasan. Ia kemudian menjadi tukang servis elektronik dan guru olahraga honorer di sebuah sekolah. 
    
Di sekolah itulah, ia bertemu dengan Lim Kwee Ing (Laura). Lim diam-diam jatuh cinta pada guru. Ia bahkan minta Karmaka menjadi guru privat. Cinta Lim tak bertepuk sebelah tangan. Mereka mendapat restu dan menikah. Sampai akhirnya, mertua Karmaka meninggalkan Indonesia. Bank milik mertua Karmaka limbung. Ia ditugaskan mertua membersihkan bank itu dari para pemimpin korup.     
Didasari biografi bertajuk Tidak Ada yang Tak Bisa yang ditulis Dahlan Iskan, L&F menjelma menjadi cerita yang menguras emosi dan mencubit nurani. Semangat yang diusung film ini adalah jangan berhenti berusaha. Sekali gagal, coba lagi. Usaha kedua gagal, coba lagi. Usaha ketiga gagal, ya... coba lagi. Masalah datang, hadapi. Masalah kedua datang, hadapi lagi. Masalah ke 16.309.452 datang, ya dihadapi lagi. Bohong jika orang yang dirundung persoalan tidak pernah putus asa.
    
Putus asa yang didasari rasa lelah menghadapi persoalan hidup adalah klimaks L&F. Pada fase ini, Rio memperlihatkan gestur dan ekspresi paling dahsyat. Bola mata berputar-putar. Sempoyongan. Membabi buta kemudian meringkuk di ruang kerja menjadi puncak konflik yang mengharukan. Di sisi lain, Laura tampil di luar "kebiasaannya". Ia mengeluarkan emosi yang jarang kita saksikan. 
    
Naskah film ini menuntut para pelakon berbuat banyak. Riset artistik dikerjakan dengan cukup teliti. Maka, kapasitas akting dua pemeran utamanya pun terasa maksimal. Kalau boleh memberi kritik, emosi yang maksimal sayangnya kurang diimbangi ilustrasi musik dan soundtrack yang melodius. Di luar itu, ending film ini sangat menggugah. Ucapan sang dokter yang meminta Karmaka bangkit, sukses membuat mata hati kami seketika terbelalak!

Pemain    : Rio Dewanto, Laura Basuki, Dion Wiyoko, Ferry Salim, Irina, Verdi Solaiman
Produser    : Frans Limasnax
Sutradara    : Benni Setiawan
Penulis        : Bagus Bramanti, Dahlan Iskan, Benni Setiawan
Produksi    : E-motion Entertainment
Durasi        : 100 menit
 
(wyn/adm)

    

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait