Tracers: Sayang, Naskah Tak Setampan Aktor Utamanya

Wayan Diananto | 30 Maret 2015 | 03:07 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - MEREKA yang dibesarkan oleh film-film blockbuster beruntung. Hanya dengan membintangi satu judul yang terdiri beberapa jilid, puluhan bahkan ratusan juta dollar AS bisa didapat.

Kipas-kipas duit. Tanpa harus repot berburu peran di judul lain. Sukses semacam ini bukan tanpa efek samping. Satu karakter yang melekat bertahun-tahun di benak penonton sebenarnya menyulitkan sang aktor mendalami peran baru. Banyak contoh. Banyak kasus.

Pernah menonton James Bond? Dari sekian pemeran agen rahasia berkode 007 itu, siapa yang bisa mempertahankan karier sekian lama dan membuktikan kualitas keaktoran di ajang festival? Bisa jadi hanya Sean Connery.

David Niven memang meraih Oscar lewat Separate Table (1958). Tapi ingat, pencapaian itu didapat jauh sebelum ia tampil dalam Casino Royal versi klasik rilisan 1967.

Daniel Redcliffe belum bikin gebrakan lagi setelah menuntaskan Harry Potter yang menyejarah. Robert Pattinson dan Kristen Stewart dariTwilight belum menemukan formula pas untuk membuktikan kedigdayaan setelah bergelut di dunia vampire. Tidak semua demikian. The Hunger Games misalnya, Jennifer Lawrence berhasil membuat pengecualian. Sejarah tidak akan lupa, Jennifer Lawrence meraih Pemeran Utama Wanita Terbaik Oscar dalam Silver Linings Playbook. 

Omong-omong soal Twilight, yang meroket berkat film adaptasi novel Stephanie Meyer bukan hanya Robert-Kristen. Anda tentu ingat Jacob Black (Taylor Lautner) yang subahanallah... gantengnya tiada ampun lagi. Apa kabarnya si tampan six packs ini sekarang?

Taylor tak seberuntung Robert yang masih tampil di Bel Ami, Cosmopolis, dan The Rover. Usai Breaking Dawn Part 2, ia hanya sekali muncul di Abduction yang sayangnya dicibir kritikus. Setelah itu, ia aktif di serial televisi seperti Cuckoo.

Tahun ini, Taylor menjajal peruntungan lagi lewat Tracers. Akankah ini bisa menjadi momentum move on yang baik? Sayangnya tidak.

Mari kita lihat Tracers. Cam (Taylor) pemuda sebatang kara yang menyambung hidup dengan bekerja sebagai kurir dokumen. Ia mengantar berkas-berkas dengan sepeda. Suatu ketika ia mengalami kecelakaan gara-gara berpapasan dengan Nikki (Marie), seorang atlet parkour. Roda sepedanya penyok. Tanpa sepeda, mana mungkin ia bisa mengantar dokumen tepat waktu? Dan tanpa bekerja mana bisa ia membayar utang 10 ribu dollar kepada Jerry (Johnny)? Itu masih ditambah biaya sewa rumah bulanan.

Keesokan harinya, Nikki mengirimkan sepeda baru sebagai permintaan maaf. Penasaran dengan identitas Nikki, Cam membuntutinya. Nikki anggota kelompok parkour pimpinan Dylan (Rafi) dan Miller (Adam). Dalam kondisi terlilit hutang, Cam memutuskan bergabung dengan kelompok tersebut dengan harapan memperoleh penghasilan lebih banyak dengan cara cepat. Ia tidak sadar, bahwa tidak selamanya kelompok parkour ini mendapat pekerjaan halal.

Tracers bukanlah film dengan konflik menjanjikan. Cenderung datar kalau tidak mau disebut membosankan. Padahal, karakter utamanya memiliki latar menarik. Tak berayah, rela berkorban demi kesembuhan ibu. Sayang, bagian pengundang empati penonton ini malah disederhanakan. Sosok ibu (setidaknya), tak tergambar jelas kecuali dalam kata.

Dalam bayangan penulis yang gampang mewek ini, persoalan keluarga yang berujung putusan utang akan membuat karakter Cam terlihat lebih kokoh, family man, dan menajamkan alasan setiap tindakannya. Alih-alih membuatnya lebih berisi dan beralasan, keempat penulis malah sibuk meramu romansa cinta segitiga yang sayangnya terasa klise dan dangkal.

Bangunan karakternya tidak lantas membuat kita kesengsem pada Nikki. Juga tak membuat kita segan pada Miller. Semua yang ada di kisah segitiga ini sejujurnya mudah ditebak. Bukan soal kepada siapa Nikki berpihak nantinya. Pasalnya, karakter Miller sendiri (dan ekspresinya) amat memudahkan penonton menerka akhirnya. Di samping Cam, parkour sebenarnya “karakter” utama film ini.

Parkour-lah yang justru membuat film ini mencapai ketegangan-ketegangan pada level tertentu. Adegan kejar-kejaran sembari metelupkan pistol melahirkan beberapa sensasi was-was. Hanya sampai di situ saja film ini menyenangkan hati. Tak ada twist yang membuat kita merasa dipermainkan. Kalau pun penulis bertahan, itu karena Taylor tampan. Gantengnya memang tiada ampun lagi. Lalu, setelah durasi berakhir kami pun lupa soal apa pencapaian film tadi.

(wyn/gur)

Pemain: Taylor Lautner, Marie Avgeropoulos, Adam Rayner, Rafi Gavron, Johnny M. Wu
Produser: Marty Bowen, Wyck Godfrey, Adam C. Londy, D. Scott Lumpkin
Sutradara: Daniel Benmayor
Penulis: Leslie Bohem, Matt Johnson, Kevin Lund, T.J. Scott
Produksi: Saban Films, Temple Hill Entertainment
Durasi: 94 menit

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait