The Lazarus Effect : Cerdas di Awal, Mistis di Akhir

Wayan Diananto | 16 Mei 2015 | 15:57 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - JUDUL ini menarik. Lazarus mengingatkan kami pada kisah di Injil Yohanes pasal 11. Ia saudara Maria dan Marta, dua wanita yang dikenal dekat dengan Yesus Kristus.

Suatu hari, Lazarus meninggal. Kepergiannya menyisakan duka mendalam bagi Maria dan Marta. Mereka berkeyakinan Yesus mampu menghidupkan Lazarus. Benar saja, saat Yesus tiba, Maria dan Marta memperlihatkan iman.

Lalu terucaplah firman, “Akulah kebangkitan dan hidup.” Lazarus mendapat kesempatan kedua. The Lazarus Effect (TLE) mengadaptasi kesempatan kedua dengan pendekatan lebih ilmiah (awalnya). Itu dimulai dari percobaan di sebuah laboratorium universitas di Amerika. Percobaan dipimpin Frank (Mark) dan istri, Zoe (Olivia). Frank dan Zoe merekrut Clay (Evan), Niko (Donald), dan Eva (Sarah).     

Dimulai dengan percobaan menghidupkan seekor anjing. Percobaan ini dinilai mencederai etika pendidikan. Presiden universitas, Dalley (Amy), menghentikan percobaan Frank. Semua aset diambil alih. Tidak terima, suatu malam Frank dan empat anak buahnya menggandakan percobaan dengan menghidupkan anjing lain. Saat Zoe menaikkan tegangan, saklar meledak. Zoe tewas seketika. Frank yang depresi melakukan percobaan ilegal. Menghidupkan Zoe.

Pertanyaan yang muncul kemudian, akankah Zoe sama seperti Lazarus yang diceritakan Rasul Yohanes hidup kembali bersama Maria dan Marta dalam bahagia? Alur cerita buatan Luke dan Jeremy kemudian main aman. Memilih untuk kembali pada kodrat hakiki manusia, bahwa hidup dan mati ada di tangan Allah. Tidak ada keberanian untuk mengeksplorasi cerita ke level yang lebih luas.

Tampaknya, biaya produksi yang hanya tiga juta dolar membatasi pengembangan cerita, latar, lokasi, sampai penokohan film ini. Yang dikembangkan hanya ketegangan. 

Ketegangan pun sebenarnya tidak sepenuhnya berkembang. Ia hanya dipertahankan sampai di menit akhir. Di layar, penonton disuguhi lima tokoh yang berkutat dengan masalah yang mereka buat sendiri. Mereka terkunci pada masalah itu. Kematian demi kematian yang terjadi terasa kabur.

Mengapa harus jatuh korban jika sebenarnya konflik itu hanya berasal dari satu orang dan masa lalunya? Jika kemudian jatuh korban, apa motif “sesuatu” yang membuat korban jatuh? Di pertengahan film, David mencoba mengemas TLE dengan pendekatan yang lebih intelek.

Namun, pada paruh kedua hingga film ini berakhir, ia terjebak pada pakem klasik bahwa horor tak perlu repot-repot melakukan pendekatan intelek. Datangkan saja setan. Teror tokoh-tokohnya. Dan kalau perlu habisi mereka. Habis perkara. Cerdas?

Momen Paling Menyeramkan: Frank mencoba menghidupkan Zoe. Ia panik ketika terdengar langkah kaki sekuriti mengecek suara gaduh di laboratorium. Setelah suara langkah kaki itu terdengar menjauh, ia menoleh ke ruang tengah dan mendapati mayat Zoe yang terbungkus kantong bangun dan duduk!

Pemain    : Mark Duplass, Olivia Wilde, Sarah Bolger, Evan Peters, Doland Glover, Amy Aquino

Produser    : Cody Zwieg, Jason Blum, Jimmy Miller, Matthew Kaplan
Sutradara    : David Gelb
Penulis        : Luke Dawson, Jeremy Slater
Produksi    : Lionsgate, BlumHouse Productions
Durasi        : 83 menit

(wyn/gur)

 
Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait