"Tarot": Upaya Keras Jose Poernomo-Riheam Junianti Layak Diapresiasi

Wayan Diananto | 17 Mei 2015 | 07:56 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - CITRA Hitmaker Studios melekat pada dua hal: horor yang bebas adegan tak senonoh dan Shandy Aulia. Jika setia menonton rilisan Hitmaker di bioskop, Anda akan menyadari ciri khas lainnya.

Tokoh utama (selalu perempuan dan diperankan Shandy) digambarkan sebatang kara (tak berayah, tak beribu). Ayah-ibunya wafat dan mewariskan rumah mewah (Rumah Kentang, 308, dan Rumah Gurita). Kalaupun tidak sebatang kara, ia memiliki seorang saudara kandung (Rumah Kentang, 308).

Dengan kata lain, tidak punya keluarga yang utuh. Ciri lain, pemeran utama wanita ini menjalin cinta dengan cowok tampan. Hal yang sama diulang lagi dalam Tarot. Julia (Shandy) memiliki saudara kandung yang cacat wajah, Sofie. Sofie bunuh diri. Orang tuanya kemudian wafat.

Julia pindah ke Bogor. Suatu hari, ia dan kekasihnya, Tristan (Boy), mengunjungi tenda peramal tarot. Mereka disambut Bu Herlina (Sara). Herlina meramal, ada dendam dari masa lalu membayangi Tristan dan Julia. Dendam itu akan merenggut dua orang terdekat Julia. Beberapa hari kemudian, Julia menerima kabar dua sahabatnya, Vania (Aurellie) dan Sabrina (Zaneta), ditemukan tewas!

Terlepas dari isu Tarot adalah “adaptasi bebas” horor Thailand Alone, film ini sebenarnya secara kualitas tidak buruk. Riheam memperlihatkan upaya keras untuk melatari karakter utama agar terlihat lebih kokoh. Kita melihat sosok orang tua Julia dan latar belakang dendam melalui metode kilas balik berisi perundungan. Semua latar ini cukup untuk menggelindingkan roda cerita yang berbasis mistis. Di sisi lain, Jose tidak ingin horornya hanya menjadi pengulangan cerita dengan tokoh berbeda.

Gambar-gambar yang disuguhkan sejak menit awal menampilkan permainan high angle yang menggoda mata. Kesan sepi masih terasa. Apalagi sebagian besar adegan film ini menampilkan rumah gedongan dua lantai yang hanya dihuni dua orang. Sayangnya di tengah film, cerita jalan di tempat. Beberapa dialog yang disusun Riheam terkesan meledek diri sendiri alih-alih terdengar lebih serius. “Peramal tarot buka usaha online”, misalnya, terdengar konyol. Sebenarnya, masuk akal.

Hanya, cara penyampaian tokoh sekuriti terasa menggelikan. Atau dalih Tristan membeli garam, sementara visual rumah gedongan terasa jauh dari perkotaan. Naskah Riheam terasa suam-suam kuku. “Kehangatan” ini melenakan sekaligus mengasyikkan. Melenakan karena beberapa dialog konyol tadi.

Mengasyikkan, karena jika Anda jeli, durasi Tarot yang lebih panjang daripada mayoritas horor lokal layak dicurigai. Pasti ada sesuatu. Benar saja, setelah akhir yang Anda pikir bahagia itu, ia menyimpan twist. Penonton yang semula lega, deg-degan lagi. Tarot memang tak sempurna.

Namun jika dibandingkan dengan Rumah Gurita, film ini jauh lebih nendang. Membuat jantung lebih deg-degan.

Tebak-tebakan, Yuk! Sebutkan dua kartu tarot yang pertama kali dibuka Bu Herlina!

A. The Fool, Justice
B. Justice, Death
C. Death, Temperance
D. The Tower, The Hanging Man
Foto: Dok. Hitmaker Studios.

 

(wyn/gur)

 

Pemain    : Shandy Aulia, Boy William, Sara Wijayanto, Aurellie Moeremans, Zaneta Giorgina
Produser    : Rocky Soraya
Sutradara    : Jose Poernomo
Penulis        : Riheam Junianti
Produksi    : Hitmaker Studios
Durasi        : 118 menit

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait