Tips Mengembalikan Gairah Rumah Tangga dari Rutinitas yang Monoton

Supriyanto | 10 Januari 2023 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Kehidupan rumah tangga kebanyakan orang yang sudah terjalin bertahun-tahun berisiko monoton. Sekedar mengerjakan rutinitas pokok, seperti aktifitas di kantor, mengurusi anak hingga membayar segala tagihan.

Tidak salah, tapi hampir pasti tidak memberikan kebahagiaan yang hakiki, terutama kepada pasangan suami-istri itu sendiri. Sangat disayangkan.

Mumpung masih dalam suasana Tahun Baru, masih ada kesempatan bagi pasangan suami-istri untuk membuat resolusi bersama. Jadikan sebagai prioritas yang harus dikejar tahun ini juga. Karena kebahagiaan rumah tangga tidak sepatutnya menunggu karier yang lebih cemerlang atau tubuh yang lebih langsing.

Alice Boyes, Ph.D, seorang praktisi psikologi kepribadian dan sosial yang juga seorang blogger asal Selandia Baru, beberapa waktu lalu merilis beberapa tips menguatkan hubungan dengan pasangan.

Mengerjakan proyek berdua

Bersama-sama mengerjakan sesuatu yang baru atau sesuatu yang menantang akan meningkatkan ikatan antara Anda berdua. Tidak perlu sampai pusing memikirkannya, karena hal yang bisa dilakukan bisa saja sesederhana mengecat dinding kamar bersama. Namun, pastikan jenis proyek yang dipilih yang paling minim menimbulkan konflik atau adu argumen. Jika tidak, proyek bersama yang Anda kerjakan justru menjadi pemicu konflik baru. Jangan sampai!

Menerima kekurangan pasangan dengan sungguh-sungguh

Kebanyakan orang sudah mengetahui pasti kekurangan pasangannya. Misal, pasangan kerap membuat rumah berantakan. Alih-alih berusaha mengubah kekurangan itu setiap tahun—dan membuat Anda frustrasi karena kecil kemungkinan berhasil, akan lebih baik jika tahun ini Anda berhenti dan mulai menerima keadaan. Penerimaan akan membebaskan Anda dari rasa frustrasi dan konflik yang berulang—karena mempermasalahkan hal yang itu-itu juga.

Coba cara baru dalam mengekspresikan cinta

Alice memberi beberapa kiat yang bisa dipraktikkan agar pasangan merasa dihargai—dan tentu saja dicintai.
- Puji tubuh pasangan
Bagian tubuh mana dari pasangan yang paling Anda sukai, tapi tidak pernah berani Anda ungkapkan karena dianggap sensitif. Misal, bercak di pipi yang membuatnya terlihat manis, mata belok yang menggemaskan, atau bentuk bibirnya yang sangat simetris. Katakan bahwa Anda menyukainya, walau terdengar sulit dipercaya. Dijamin, pasangan akan merasa spesial.
- Dengan baju apa pasangan terlihat menawan
Anda harus tahu persis kapan pasangan terlihat menawan dengan pakaian yang dikenakannya. Berikan pujian secara spesifik. Misal, “Saya selalu suka kalau kamu pakai celana jin.”
- Katakan kepada pasangan, dia telah memberi Anda kebahagiaan
Mungkin pasangan adalah yang kali pertama memperkenalkan Anda dengan makanan Korea atau kopi paling enak di dunia. Jangan ragu untuk mengungkapkan rasa terima kasih Anda.
- Beri pujian atas selera pasangan
Apakah potongan rambut pasangan benar-benar keren? Apakah Anda menyukai sofa pilihannya? Apakah pasangan membeli tiket film yang benar-benar layak tonton? Cobalah untuk memuji dengan cara, “Pilihan film kamu bagus banget. Film terbaik tahun ini!”
- Puji teman atau keluarga pasangan
Contoh, “Teman kamu itu baik. Pasti senang, ya bisa berteman dengannya?”Atau. “Ayahmu pekerja keras. Aku ingin seperti dia.”
- Puji selera humor atau caranya tertawa
Kapan lagi waktu yang terbaik untuk memberi pujian selain pada waktu ini?
- Berpelukan lebih lama, berikan sedikit pijatan lembut
Kontak kulit ke kulit akan membuat tubuh mengeluarkan oksitosin—hormon ikatan. Cara terbaik yang bisa dilakukan agar oksitosin yang dihasilkan maksimal, berpelukan lebih lama. Jangan cuma 1 atau 5 detik, tapi cobalah dalam 20 detik. Bingung mau melakukan apa dalam waktu selama itu. Berikan pasangan sedikit pijatan lembut untuk mendapatkan efek penuh.

Berhenti menjadikan pasangan sasaran emosi negatif

Ada pendapat yang bilang, tumpahkan saja emosi negatif, seperti kekesalan, kemarahan, aneka keluhan, kepada pasangan. Misal, istri yang seharian penuh disibukkan urusan anak, dianggap sah-sah saja ketika meluapkan emosinya kepada suami. Dengan pertimbangan, jika menyimpan kekesalan sendiri, akan berisiko menjadi akar depresi. Karena yang dibutuhkan seseorang dengan muatan emosi negatif hanyalah untuk mengeluarkannya, untuk kemudian lega dan sembuh. Pasangan sendiri adalah “lawan”paling baik dan aman untuk hal ini.

Akan tetapi, Alice tidak sepakat. Jika Anda telanjur menjadikannya kebiasaan—bukan hanya sekali dua kali melakukannya, pasangan berisiko menjadi korban. Tidakkah pernah terpikir apa yang pasangan rasakan setiap kali dirinya menjadi sasaran kemarahan? Apa benar dia akan selalu baik-baik saja? Salah-salah malah pasangan yang stres atau bahkan depresi. Maka di tahun yang baru ini, cobalah untuk mencari jalan keluar lain permasalahan ini.

“Pastikan Anda melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah Anda sendiri, ketimbang cuma marah-marah,”kata Alice. “Tanya kepada diri Anda, apa yang sebetulnya membuat Anda selalu merasa tidak bahagia? Apa yang harus dilakukan untuk membuat situasi itu lebih baik? Apakah benar ada sesuatu yang membuat tidak bahagia atau ini hanya sekadar modus untuk menghindar dari tanggung jawab mengurusi emosi diri sendiri?”paparnya.

Paling penting untuk dilakukan adalah Anda tidak sambil menggerutu setiap kali bertatap muka dengan pasangan. Pastikan hanya energi positif yang menyertai Anda. Agar kata-kata pertama yang keluar dan didengar pasangan bernada manis. Ketika suami pulang bekerja, misalnya, jangan sampai kata-kata yang keluar dari mulut Anda hanyalah laporan tentang masalah-masalah seharian, karena pasangan belum tentu siap memikirkan saat itu juga. Begitu pun sebaliknya. Ketika Anda sebagai suami baru tiba di rumah sepulang bekerja, bukan laporan konflik di kantor yang ingin didengar oleh istri.

Penulis : Supriyanto
Editor: Supriyanto
Berita Terkait