Egg Freezing, Pilihan Gaya Hidup Reproduksi Wanita Jaman Sekarang

Supriyanto | 22 Mei 2025 | 06:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pembekuan sel telur atau egg freezing kini semakin banyak dilirik oleh perempuan urban sebagai solusi untuk merencanakan masa depan reproduksi mereka. Apalagi hal tersebut makin populer setelah dilakukan oleh Luna Maya, aktris berusia 42 tahun yang baru menikah dengan Maxime Bouttier.

Metode ini memungkinkan perempuan menyimpan sel telur terbaik mereka dalam kondisi beku, yang nantinya dapat digunakan saat mereka siap menjalani kehamilan.

Tak sekadar pilihan medis, pembekuan sel telur kini menjadi bagian dari keputusan gaya hidup yang mencerminkan kemandirian dan perencanaan jangka panjang.

Pilihan Rasional di Tengah Tantangan Zaman

Perempuan masa kini menghadapi tantangan yang kompleks—mulai dari fokus pada pendidikan tinggi, karier yang menuntut, hingga belum menemukannya pasangan yang tepat. Situasi tersebut mendorong banyak perempuan untuk menunda kehamilan tanpa mengorbankan peluang memiliki keturunan di masa depan.

“Pembekuan sel telur adalah opsi yang masuk akal untuk perempuan yang belum ingin hamil di usia muda, tetapi ingin menjaga kualitas kesuburan,” ujar dr. Intan Maharani, Sp.OG, konsultan fertilitas dari sebuah rumah sakit ibu dan anak.

Waktu Ideal dan Prosedur yang Perlu Diketahui

Proses pembekuan sel telur idealnya dilakukan pada usia 25 hingga 35 tahun, saat kualitas dan jumlah sel telur masih optimal. Prosedur ini dimulai dengan stimulasi hormon untuk mematangkan sel telur, diikuti dengan pengambilan sel telur melalui prosedur medis, lalu disimpan dalam suhu ultra rendah.

Bukan Sekadar Tren, Tapi Investasi Biologis

Di Indonesia, layanan ini mulai mendapatkan tempat di klinik fertilitas besar. Meski biayanya tergolong tinggi—dapat mencapai puluhan juta rupiah—banyak perempuan melihatnya sebagai bentuk investasi terhadap masa depan keluarga dan kebebasan memilih waktu yang tepat untuk menjadi ibu.

Pertimbangan Etika dan Emosional

Walau dianggap revolusioner, pembekuan sel telur tetap memunculkan diskusi mengenai aspek etika dan psikologis. Beberapa kalangan menilai bahwa keputusan ini perlu disertai konseling yang menyeluruh agar perempuan memahami sepenuhnya implikasi jangka panjangnya.

Penulis : Supriyanto
Editor: Supriyanto
Berita Terkait