Selektif Rasa dan Akses, Begini Preferensi Anak Muda Nongkrong dan Kulineran
TABLOIDBINTANG.COM - Membeli makanan di luar, atau sering disebut juga dengan jajan atau kulineran, senantiasa menjadi aktivitas yang menyenangkan dan tak lekang oleh waktu bagi semua kalangan usia. Mulai dari anak kecil, anak muda, hingga orang dewasa, setiap kelompok memiliki preferensi dan kebiasaan unik dalam hal gaya kuliner mereka.
Di antara semua kelompok, anak muda menjadi kelompok dengan preferensi kuliner unik yang menarik untuk diulik. Di usia muda, mereka cenderung sudah bisa menentukan pilihan sendiri sesuai hati dan selera, sehingga gemar mengeksplor hal-hal baru. Berbeda dengan anak kecil yang terbatas pada makanan manis dan sederhana, atau orang dewasa yang sudah mulai beralih ke makanan sehat untuk persiapan masa tua.
Pada November 2024 lalu, dalam survei GoodStats tentang ‘Preferensi Anak Muda dalam Memilih Kuliner’ yang melibatkan 407 responden berusia 18-25 tahun, mengungkap bahwa 38,1% responden mengaku membeli makanan dari luar 3-5 kali per minggu, sementara 32,4% lainnya hanya membeli 1-2 kali per minggu. Menariknya, sekitar 28,3% responden mengaku membeli makanan dari luar setiap hari, sedangkan hanya 1,2% yang tidak pernah melakukannya dalam seminggu.
“Angka ini menunjukkan bahwa anak muda Indonesia cenderung lebih suka makan di luar rumah ketimbang memasak sendiri, meski ada sebagian kecil yang jarang melakukannya, yang mungkin disebabkan faktor seperti penghematan. Menurut hasil survei, mayoritas anak muda mengeluarkan Rp10.000-Rp25.000 sekali jajan,” ujar Head of GoodStats Iip M Aditiya, beberapa waktu lalu.
Adapun 49,6% diantaranya membelanjakan antara Rp10.000 hingga Rp25.000 setiap kali jajan, sementara 29,7% mengeluarkan rerata Rp25.000-Rp50.000. Jumlah ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari anak muda mencari opsi yang ekonomis namun tetap memadai.
Hanya sebagian kecil yang bersedia mengeluarkan lebih dari Rp50.000 setiap kali jajan, dengan 4,9% responden di kisaran Rp50.000-Rp75.000, 6,1% di antara Rp75.000-Rp100.000, dan hanya 5,4% yang berani mengeluarkan lebih dari Rp100.000.
Tetap Selektif
Tidak dapat dipungkiri bahwa di era digital saat ini anak muda sangat bergantung pada media sosial sebagai sumber referensi utama mereka, termasuk dalam hal kuliner.
Berdasarkan hasil survei yang sama, TikTok menjadi pilihan utama dengan 50,4% responden menggunakannya untuk mencari rekomendasi kuliner. Ini menunjukkan daya tarik konten kuliner di TikTok yang mungkin dipengaruhi oleh format video pendek yang menarik dan mudah diakses.
Instagram berada di posisi kedua dengan 34,6% responden yang memilihnya. Popularitas Instagram dalam rekomendasi kuliner didukung oleh fitur-fitur visual seperti Stories dan Reels yang menampilkan gambar dan video yang menarik. Selain itu, banyak pelaku bisnis kuliner menggunakan Instagram sebagai media promosi utama mereka sehingga konten kuliner di Instagram beragam dan mudah ditemui.
YouTube menempati posisi ketiga dengan 8,4%, menandakan bahwa beberapa pengguna masih menyukai konten kuliner yang lebih panjang atau ulasan mendalam. Sementara itu, Facebook, X (sebelumnya Twitter), dan platform lain hanya digunakan oleh 2,9%, 1,5%, dan 2,2% responden, menginformasikan bahwa platform ini kurang diminati untuk mencari rekomendasi kuliner. Data ini menunjukkan bahwa anak muda lebih menyukai platform dengan visual menarik dan konten singkat seperti TikTok dan Instagram dalam mencari referensi kuliner.
Secara keseluruhan, survei ini mengungkap berbagai aspek menarik mengenai preferensi kuliner anak muda di tahun 2024. Mereka cenderung memiliki kebiasaan jajan yang cukup intens namun tetap selektif dalam hal pengeluaran. Kuliner lokal menjadi pilihan utama, didorong oleh faktor cita rasa, harga terjangkau, dan akses yang mudah. Kendati tren makanan sehat belum begitu populer, platform seperti TikTok dan Instagram berperan besar dalam membantu mereka menemukan rekomendasi kuliner pilihan.
Faktor rasa menjadi alasan utama bagi 87,5% anak muda dalam memilih kuliner. Ini menunjukkan bahwa cita rasa yang cocok dengan selera mereka menjadi kunci dominasi kuliner lokal di hati anak muda. Selain itu, harga terjangkau menjadi faktor penting bagi 68,1% responden, menegaskan kembali bahwa anak muda memang berusaha hemat meskipun intensitas jajan mereka tinggi.

Gampang Diakses
Seain promo menarik dan ulasan orang lain yang cukup memengaruhi keputusan mereka, dengan masing-masing berada di angka 31,9% dan 30,2%, menariknya, kemudahan akses lokasi juga menjadi pertimbangan bagi 50,1% responden, menunjukkan bahwa tempat makan yang mudah dijangkau menjadi nilai tambah.
Kota baru atau proyek hunian skala kota yang umumnya memiliki luas pengembangan di atas 300 hektar, dilengkapi infrastruktur yang modern dan terencana, seperti jalan yang lebar, fasilitas transportasi yang memadai, dan jaringan telekomunikasi yang baik, dinilai lebih mendukung pertumbuhan bisnis karena kemudahan akses dan distribusi barang dan jasa.
“Konsep kota baru pada dasarnya mengembangkan area-area baru di sekeliling kota utama demi mengendalikan urbanisasi. Bila di suatu kota baru terjadi pertumbuhan demografis dimana jumlah kelas menengah meningkat yang berdampak pada standar hidup masyarakatnya juga ikut meningkat seiring ekonomi yang membaik, maka akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk bisnis dan menarik minat masyarakat untuk berbelanja dan menikmati berbagai fasilitas,” papar Iip.
Potret situasi tersebut bisa dilihat di kota baru Paramount Petals di barat Jakarta. Lima tahun diluncurkan ke publik, kota seluas 400 hektar di selatan Gading Serpong ini makin hari makin ramai. Sudah tiga klaster yang diluncurkan. Cakupan rumah yang dibangun menyentuh angka lebih dari 1.000 unit, dimana lebih dari separuhnya telah dihuni.
Kawasannya tertata rapi, seperti infrastruktur bawah tanah yang terdiri dari jaringan kabel optik, kabel listrik, air bersih, serta CCTV kota sebagai fasilitas keamanan. Bahkan fasilitas kota untuk mendukung gaya hidup sehat pelan-pelan akan dilengkapi, mulai dari pocket park, pedestrian crossing, pedestrian lane/ jogging track, dan bicycle lane.
Intensitas lalu-lalang penghuni dan warga sekitar didalam maupun disekitar kawasan tergolong tinggi, terlebih sejak pembukaan fasilitas Community Club seluas 4.135 m2 yang memiliki fasilitas Lobby & Lounge Space, Café, Gym, Multipurpose Court (Lapangan Basket 3 on 3 & Lapangan Futsal), Swimming Pool Olympic Size, dan Kids Pool, serta Children Playground. Juga beroperasinya Bethsaida Clinic, Alfamidi, KFC, Kongdjie, serta dalam waktu dekat resto ayam goreng cepat saji AW, kuliner lokal seperti Warung Tekko dan Kampung Kecil.
“Dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang kebutuhan penghuninya kota Paramount Petals membuka kesempatan penghuni dan masyarakat sekitar sebagai pilihan tinggal, berbisnis, dan berinvestasi terbaik dan terfavorit di barat Jakarta,” ujar Direktur Sales dan Marketing Paramount Land, Chrissandy Dave, Kamis (29/5).
Pengembang segera meluncurkan Gardenia Square, commercial product kedua di Paramount Petals setelah ruko Calico Grande yang terjual habis. Gardenia Square dipasarkan terbatas untuk mengakomodir kebutuhan ruang bisnis di koridor Bitung-Karawaci. Harga dan spesifikasi detailnya belum disebut, namun ruko tiga lantai berkonsep alfresco yang dirancang menghadap jalan utama Petals bagian selatan ini, cocok untuk bisnis kafe, coffeshop, restoran, salon kecantikan dan lain sebagainya.
“Aksesnya mudah sekali karena akhir tahun akses tol langsung dan modifikasi gerbang tol Bitung KM 25 dari dan ke Paramount Petals akan selesai sekitar akhir 2025. Sehingga penghuni dan masyarakat yang berkunjung ke Paramount Petals lebih mudah, dengan begitu nilai aset properti dijamin akan meningkat,” tandas Chrissandy.