Waspadai Mitos Seputar Penyakit Jantung yang Bisa Menyesatkan Kesehatan Anda
TABLOIDBINTANG.COM - Penyakit jantung masih menjadi momok utama dalam dunia kesehatan global. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya sekitar 17,9 juta nyawa melayang akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, menjadikannya sebagai penyebab kematian nomor satu di dunia. Penyakit ini mencakup berbagai kondisi serius, mulai dari penyakit jantung koroner, serangan jantung, hingga gagal jantung dan kelainan katup jantung.
Sayangnya, banyak informasi keliru alias mitos yang beredar di masyarakat terkait penyakit jantung. Beberapa mitos bahkan bisa menyesatkan dan membahayakan jika dipercaya mentah-mentah. Untuk meluruskan hal ini, dr. Siska Suridanda Danny, SpJP(K), membagikan klarifikasi medis terhadap sejumlah mitos yang cukup populer di tengah masyarakat.
1. Telapak Tangan Berkeringat Menandakan Jantung Tidak Sehat
Mitos ini sering dipercaya banyak orang. Namun, menurut dr. Siska, klaim tersebut tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. “Telapak tangan berkeringat belum terbukti secara ilmiah menjadi pertanda bahwa jantung tidak sehat,” jelasnya.
Keringat pada telapak tangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti stres, gangguan hormon, atau kondisi lingkungan, dan tidak serta merta menjadi indikator gangguan jantung.
2. Minum Kopi Bisa Membahayakan Jantung
Kopi kerap menjadi kambing hitam dalam berbagai isu kesehatan, termasuk jantung. Padahal, menurut dr. Siska, mengonsumsi kopi dalam jumlah wajar tidak berbahaya. “Selama mengonsumsi hanya 1-2 gelas kopi tanpa gula sehari maka hal itu tidak akan berpengaruh pada kinerja jantung,” ungkapnya.
Jadi, pencinta kopi tidak perlu khawatir berlebihan, asalkan tetap menjaga porsinya dan menghindari tambahan gula atau krimer berlebihan.
3. "Kena Angin Duduk, Dikerik Saja"
Ini adalah salah satu mitos paling berbahaya yang masih dipercaya masyarakat. Menganggap ringan gejala serangan jantung sebagai ‘angin duduk’ dan menanganinya dengan kerokan justru bisa berakibat fatal.
"Sejak serangan pertama dirasakan sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama - dan bukan dikerik. Potensi kematian pasien serangan jantung akan semakin meningkat 2-3 kali lipat jika tidak segera dibawa ke rumah sakit dalam 12 jam,” tegas dr. Siska.
Penanganan yang terlambat dapat memperbesar risiko kematian atau kerusakan permanen pada jantung.
Dr. Siska mengingatkan bahwa penyakit jantung bukan penyakit yang bisa dianggap enteng. Sekali jantung mengalami kerusakan, kondisi tersebut biasanya tidak bisa kembali seperti semula. “Lebih baik khawatir dan ternyata bukan penyakit berbahaya, dibanding meremehkan tetapi ternyata benar (menderita penyakit),” tutupnya.