Ilmuwan Sebut Bumi Kelak Tidak Layak Huni Akibat Panas Matahari

TEMPO | 13 Mei 2019 | 16:50 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ilmuwan menyebut bahwa Matahari semakin hari semakin memanas dan pada akhirnya akan membuat akhir kehidupan di Bumi. Saat Matahari terus membakar bahan-bahannya, setiap hari jadi sedikit lebih hangat dan pada akhirnya akan membuat Bumi tak layak huni.


Kelompok ilmuwan yang tergabung dalam Starts with a Bang menulis dalam sebuah artikel untuk Forbes, bahwa suatu saat nanti perubahan Matahari akan membuat Bumi tidak layak huni. "Seiring berjalannya waktu, jumlah massa yang hilang dari Matahari akan meningkat, terutama saat memasuki fase raksasa kehidupannya," tertulis dalam artikel tersebut.

Hal itu dikarenakan Matahari pada saat itu memiliki suhu permukaan 5.505 derajat Celcius dan inti yang bisa mencapai 15 juta derajat Celcius, terbakar melalui bahan-bahannya. Matahari sudah sangat besar, mengandung 99,8 persen massa tata surya, tapi massa menyebabkan bintang induk ini mengembang.

Matahari mengeluarkan lebih banyak panas dalam proses yang dikenal sebagai fusi nuklir. Di bawah sinar Matahari, atom-atom hidrogen terkompresi di bawah tekanan yang sangat besar dan bergabung bersama-sama melepaskan sejumlah besar energi dalam bentuk panas.

"Bahkan pada tingkat yang relatif stabil ini, pertumbuhan helium di inti Matahari akan memanaskan planet bumi ini. Setelah sekitar 1 hingga 2 miliar tahun, Matahari akan terbakar cukup panas, sehingga samudra bumi akan mendidih sepenuhnya, membuat air tidak mungkin berada di permukaan planet kita," lanjut tulisan itu.

Karena jika lebih banyak atom hidrogen yang menyatu, matahari semakin terang. Akhirnya, Matahari akan menjadi begitu besar dan panas sehingga Bumi akan hangus, dan membuatnya tidak bisa dihuni.

Tulisan itu juga menjelaskan bahwa saat Matahari semakin terang, itu akan semakin panas dan semakin panas. Planet Bumi telah menghabiskan sekitar tiga perempat dari waktu yang manusia miliki di mana bumi dapat dihuni.

"Ketika Matahari terus kehilangan massa, umat manusia dan semua kehidupan di bumi mendekati nasibnya yang tak terhindarkan," tulisan tersebut menambahkan.



TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait