5 Hal Yang Patut Dilakukan Orangtua Saat Mendampingi Anak Belajar di Rumah

Redaksi | 26 Oktober 2020 | 02:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Tak hanya pekerja yang terdampak pandemi Covid-19. Anak-anak pun merasakannya. Kini mereka kehilangan waktu tatap muka langung dengan guru dan teman di sekolah. Sebagai gantinya, anak-anak belajar di rumah menghadap laptop.

Tak mudah untuk konsentrasi di depan laptop dan belajar daring. Peran orangtua dalam mengawal si buah hati belajar daring sangat penting. Ini terungkap dalam Ngobrol Asyik bertema “Tips dan Trik Dampingi Anak Belajar di Rumah Selama Pandemi” yang digelar tabloidbintang.com, Minggu, 25 Oktober 2020.

Hadir sebagai narasumber, praktisi pendidikan, pegiat seni sekaligus dan orangtua, Noviya Setiyawaty. Ia mengingatkan setidaknya ada lima hal yang mesti diperhatikan orangtua dalam mengawal belajar daring buah hati mereka.

Pertama, belajar adalah proses autentik. Artinya, anak jadi pemeran utama dalam proses ini. Orangtua tak disarankan menempuh jalan pintas mengambil alih tugas anak biar ringkas dan minim drama. Jika orangtua membereskan tugas anak, maka si kecil kehilangan esensi belajar itu sendiri.

“Anak-anak dan pendamping menyepakati dulu peran masing-masing bahwa anak yang harus menyelesaikan bukan Mama misalnya. Sebisa mungkin, ia menyelesaikan secara penuh tugas itu,” kata Noviya dalam obrolan virtual via Zoom dan YouTube.

Sebagai pendamping ayah atau bunda harus legawa memberikan otonomi yang cukup buat anak berkembang sesuai pola pikirnya. Orangtua memfasilitasi. Visinya, tugas selesai dalam situasi yang menyenangkan buat anak maupun orangtua.

Kedua, kalau anak enggak mudeng alias buntu, jangan ragu untuk ambil jeda. Istirahat dulu sampai ia siap kembali, beri selingan yang cukup,” Noviya mengingatkan.

Ketiga, misi belajar daring berlaku bagi penghuni rumah. Semua kebagian tugas menciptakan suasana kondusif.

Keempat, jangan ragu berbagi tugas sesuai dengan kompetensi. “Mama bisanya bahasa. Matematika tugasnya ayah. Kalau Mbak mau bantu menemani anak sesekali, tidak apa-apa. Hanya untuk menemani bukan memarahi dan lain-lain,” imbuhnya.

Dengan demikian, anak tak merasa sendirian. Akhirnya, belajar tidak terasa sebagai beban karena suasana rumah menyenangkan.

Kelima, buat kesepakatan durasi belajar sambil mengomunikasikannya dengan guru. Ini penting mengingat ibu kadang tak bisa stand by selama proses belajar berlangsung. Ibu pun diimbau tidak gengsi. Kalau berhalangan, jangan ragu minta tolong kakak, misalnya.

“Minta tolong kakak boleh tapi pastikan urusan kakak sudah selesai dan dia senggang. Misalnya, ada kakek yang senang mewarnai, silakan libatkan sesuai kompetensi. Itu kalau Anda sedang sibuk banget,” Noviya memaparkan.

Di pengujung obrolan, Noviya mengajak orangtua kembali ke dasar pemikiran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara yakni di mana ada kemerdekaan, di situ harus ada disiplin kuat. Tujuan akhir belajar bukan sekadar mencapai atau melampaui target. Di atas itu, ada komitmen kepada diri sendiri.

“Itu harus dibangun sehingga disiplin muncul dari dalam diri,” beber Noviya.

Kuncinya, memahami bahwa belajar berlaku bagi semua yakni guru, anak, dan orang rumah. “(Ki Hajar Dewantara juga mengatakan), setiap orang layak menjadi guru dan setiap rumah semestinya jadi sekolah bagi anak-anak,” tutup Noviya.

Salah satu peserta Ngobrol Asyik, Hery Subyanto, terkesan dengan topik yang dibahas oleh Noviya.

“Bagus, menambah wawasan soal bagaimana mendampingi anak di masa pandemi. Peran ortangtua di masa pandemi jauh lebih besar dari sebelumnya. Jangan memandang ini sebagai beban melainkan tantangan,” ujar Hery selepas acara.

“Intinya, orangtua menjadi guru sekaligus murid. Mengapa? Karena orangtua juga belajar mencari inovasi dan berkreasi untuk menciptakan suasana belajar yang asyik di rumah,” ia menambahi.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait