Saatnya Menjaga Kesehatan Mental dan Kewarasan Selama dan Setelah Pandemi

Redaksi | 13 Juli 2021 | 15:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Kita sudah memasuki pertengahan tahun 2021. Namun, situasi pandemi COVID-19 yang masih menyelimuti kehidupan kita tampaknya belum mereda. Terlebih, kebany akan dari kita telah mencapai puncak tekanan emosional dan rasa putus asa yang berkembang pada saat ini.

Sejak kemunculannya yang pertawa di awal tahun 2020, kita dipaksa untuk menjaga jarak dengan siapapun di sekitar kita. Kita juga telah dipaksa untuk menghindari pergi ke tempat–tempat ramai atau bahkan kemana saja. Alhasil, kita harus menemukan cara untuk menghibur diri saat terjebak dalam lockdowns yang diberlakukan pemerintah.

Belum lagi virtual calls, video conferences, dan tugas daring yang tampaknya tak ada habisnya yang harus kita alami bagi anak– anak yang bersekolah atau bagi dewasa muda yang telah bekerja. Tidak mengherankan bahwa kasus masalah kesehatan mental dan kelelahan pandemi juga meroket secara signifikan. 

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia melaporkan bahwa 80 persen masalah COVID-19 adalah masalah psikologis, sedangkan sisanya adalah masalah kesehatan fisik.

Lebih lanjut, survei yang dilakukan oleh Ikatan Psikiater Indonesia menunjukkan bahwa dari 1.552 responden, 63 persen mengaku mengalami kecemasan dan 66% mengalami depresi akibat pandemi.

Work from Home juga telah mengaburkan batas antara pekerjaan, rumah, dan keintiman. Tidak ada waktu yang berakhir untuk bekerja, menyebabkan pasangan merasa stres, dan cemas, hingga berdampak pada kesehatan mental serta kualitas hubungan mereka.

Di media sosial, kita menemukan ada banyak twit dan unggahan tentang kegelisahan dan perjuangan hidup sehari-hari. Hanya 14% orang yang merasa bahwa hubungan mereka saat ini dalam keadaan baik baik saja.

Selain berfokus untuk menjaga kesehatan fisik, kita juga akan perlu menjaga kesehatan mental dan memastikan kewarasan orang yang kita cintai.

Dengan semua hiruk pikuk yang berhubungan dengan sekolah daring, pekerjaan, atau bahkan interaksi manusia secara virtual, beban kerja, deadlines, dan aktivitas lain yang harus kita lakukan selama di rumah, menjadikan istirahat semakin penting untuk dilakukan. 

“Sejak Work from Home, batasan ranah dan waktu untuk pekerjaan dan beristirahat beberapa orang menjadi lebih kabur. Seolah – olah, kita bisa “santai” namun senantiasa siaga juga untuk pekerjaan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membuat partisi dan batasan waktu yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.” tutur Inez Kristanti, psikolog klinis.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dengan mengambil waktu istirahat kita bisa mendedikasikan waktu secara spesifik untuk me-recharge diri kita dengan apa yang bisa membuat kita senang dan rileks. Menurutnya, salah satu yang penting dalam waktu istirahat atau break time adalah kualitasnya, dan bukan selalu terkait dengan intensitas. 

Waktu beristirahat dapat sangat berguna untuk memulihkan kesehatan kita secara keseluruhan, memfokuskan kembali pada apa yang penting dalam hidup, dan mengembalikan keintiman serta cinta. Hal ini memungkinkan tubuh, pikiran, dan jiwa kita untuk mendapatkan penyegaran yang diperlukan untuk terus beraktifitas.

Oleh karena itu, sebelum akhirnya kehilangan diri kita sendiri karena gangguan kesehatan mental akibat pandemi ini, ada baiknya kita mulai menjaga diri kita dan orang tercinta.

Terhubung bersama orang lain, terutama yang Anda cintai sekaligus memelihara hubungan dengannya penting untuk kesejahteran mental.

Membangun dan memelihara hubungan sosial yang lebih kuat dan lebih luas dalam hidup Anda dapat meningkatkan rasa kebahagiaan dan harga diri, yang kita semua butuhkan selama masa-masa sulit ini.

Terhubung dengan keluarga, teman, atau orang penting Anda dengan membagikan pesan, meme, atau bahkan kutipan lucu yang menyentuh hati akan memperkuat hubungan emosional dan membantu Anda merasa lebih bahagia dan aman.

 

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait