Diet Ketogenik, Cara Langsing dengan Risiko Tinggi

Wayan Diananto | 18 Maret 2017 | 02:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Inilah metode pelangsingan tubuh yang paling dibicarakan awal tahun ini. Namanya, diet ketogenik.

Diet ketogenik adalah mengatur komposisi makanan sedemikian rupa sehingga mengandung unsur lemak lebih tinggi daripada karbohidrat. Tujuannya, menjadikan kondisi tubuh ketosis. Ketosis yakni kondisi tubuh menyuplai energi dari keton (hasil pemecahan lemak – red.). Seperti apa metodenya dan seberapa efektif diet ini?

Diet ketogenik dikenal sejak awal abad ke-20. Kala itu, diet ini dipakai ahli medis untuk mengurangi episode kejang penderita epilepsi. Ada beberapa jenis diet ketogenik. Namun, semua memiliki kesamaan konsep, mengubah kondisi tubuh menjadi ketosis. 

Dr. Marya Hartono, SpGK, dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta menerangkan, tujuan lain diet ini mengurangi berat badan, menurunkan kadar insulin, serta memperbaiki profil lipid. Penelitian terkait diet ketogenik masih berkembang. Khususnya untuk mencermati lebih dalam efek positif dan negatif penerapan diet ini. 

“Diet ketogenik rendah karbohidrat mengandung komposisi makronutrisi lemak 60 hingga 85 persen. Sisanya dari sumber protein dan sebagian kecil karbohidrat. Komposisi menu ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan diet seimbang yang terdiri lemak 25-30 persen, protein 15-20 persen, dan karbohidrat 50-60 persen,” Marya menjelaskan. “Dua teknik diet ini dipengaruhi sumber bahan makanan. Diet seimbang memungkinkan tubuh menerima zat gizi lebih variatif. Sedangkan ketogenik dapat menyebabkan risiko defisiensi zat gizi tertentu.”

Dengan kata lain, diet ketogenik memiliki efek samping misalnya hipoglikemia, gangguan fungsi saluran cerna (mual), kembung, diare, nyeri perut, risiko defisiensi nutrisi tertentu, sampai batu ginjal. Selain itu, memengaruhi suasana hati pelaku. Sementara efek jangka panjang masih belum menemukan konklusi yang pasti.

Terkait efek samping diet ketogenik Marya mengingatkan, “Memangkas jumlah karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh, berarti memangkas sejumlah kalori. Tubuh akan mencari sumber energi lain yaitu lemak dan protein. Dalam diet ketogenik, asupan protein masih dalam batas normal sehingga tubuh mengandalkan lemak sebagai sumber energi. Karenanya, saya mengingatkan supaya berhati-hati akan efek samping akibat kekacauan metabolisme itu".

 

(wyn/gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait