Cerita 4 Enterpreneur Sukses di Balik Hadirnya Perpustakaan Daerah

Romauli Gultom | 19 Desember 2017 | 12:07 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Perpustakaan merupakan jendela dunia. Dari perpustakaan, kita dapat mencari referensi untuk kebutuhan riset dan memperluas ilmu pengetahuan dan memperkaya informasi lewat beragam buku bacaan. Bahkan, kecintaan akan membaca bisa menciptakan peluang entrepreneur.

Hal itulah yang dirasakan oleh Sulistioningsih dari Pangkalan Bun, Fahrurrozi dari Lombok Barat, dan Patrick Stevy Kaya dari Ambon yang telah menjalani transformasi hidupnya.

Sulistioningsih, 49 tahun, merupakan pembudidaya bawang dayak yang dapat digunakan sebagai obat herbal. Berawal dari penyakit diabetes yang dideritanya, dia mencari infomasi seputar tanaman lokal apa yang bisa membantu menyembuhkan penyakitnya di perpustakaan di kota asalnya, yaitu kota Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

“Saya belajar mulai dari cara memanam, mengonsumsi sebagai obat serta mengenal berbagai macam tanaman herbal berhasil ia temukan lewat membaca buku dan pencarian internet. Setelah dinyatakan sembuh, beliau kemudian terus menekuni mempelajari tanaman herbal dan akhirnya menjadikan peluang usaha di kotanya,” cerita Sulistioningsih dalam Inspirasi PerpuSeru bersama Coca-Cola Foundation Indonesia dengan dukungan Bill & Melinda Gates Foundation di Jakarta, belum lama ini.

Sementara Fahrurrozi, pemuda 22 tahun memberanikan diri membuka usaha pangkas rambut setelah mendapatkan ilmu dari YouTube dengan memanfaatkan layanan internet gratis yang disediakan perpustakaan Desa Sandik, Lombok Barat. Sekarang ia memiliki penghasilan Rp.100.000 hingga Rp. 200.000 per hari.

Tak kalah menarik adalah cerita dari Ambon, yaitu Patrick Stevy Kaya, 39 tahun. Awalnya Patrick adalah seorang preman dan bandar narkoba. Setelah sempat merasakan tahanan di bui, Patrick diajak temannya untuk berkunjung ke Perpustakaan Daerah Ambon. Kini Patrick adalah seorang motivator yang membantu pecandu narkoba di kota Ambon untuk bisa berhenti.

Perpustakaan umum menjadi pusat belajar masyarakat yang memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi. Selama 2017, #1000CeritaPerpuSeru telah mengunjungi 58 perpustakaan daerah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Wakatobi hingga Ambon. Selama 1 tahun ini, dampak kehadiran PerpuSeru berada dalam 3 pilar human capital development yakni menciptakan entrepreneur, inovasi dan transformasi.

Titie Sadarini, Chief Executive Coca-Cola Foundation Indonesia, menjelaskan bahwa perjalanan kami selama 2017 ini melihat secara langsung dampak nyata yang telah dirasakan oleh masyarakat di program PerpuSeru. Setidaknya 3 pilar dampak nyata yang sangat terlihat adalah menciptakan entrepreneur baru, inovasi hingga transformasi.

Kehadiran PerpuSeru di daerah tidak terlepas dari kerjasama dan peran penting dari Perpustakaan Daerah.

Salah seorang staff Perpustakaan Daerah Kotawaringin Barat Pangkalan Bun, Yenny Feridha, mengungkapkan perpustakaan memiliki peran strategis antara lain mendukung pendidikan hingga pemberdayaan untuk kemajuan sosial dan ekonomi.

“Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini turut berdampak pada modernisasi perpustakaan dengan layanan digital agar dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Namun bagi kami yang tinggal di daerah, memperoleh sarana TIK yang memadai dan program pemberdayaan di perpustakaan kami cukup sulit. Perpustakan Daerah Kotawaringin Barat beruntung mendapat dukungan dari PerpuSeru, sehingga daerah kami mulai bermunculan entrepreneur baru dan tercipta lapangan kerja dan ekonomi yang lebih baik,” tutup Yenny. 

Penulis : Romauli Gultom
Editor: Romauli Gultom
Berita Terkait