Karakter VIP di Squid Game Musim Ketiga Dikritik Lagi, Akting Dianggap Kaku dan Buruk
TABLOIDBINTANG.COM - Setiap musim terbarunya dirilis, serial Squid Game selalu berhasil menjadi perbincangan hangat. Musim ketiga sekaligus penutup dari serial fenomenal asal Korea Selatan ini pun tidak luput dari sorotan, meski tidak semuanya bersifat positif.
Kurang dari seminggu sejak penayangan perdananya, banyak penonton sepakat bahwa salah satu elemen paling mengganggu dalam musim terbaru ini adalah kehadiran para VIP — karakter elit berbahasa Inggris yang berjubah mewah, mengenakan topeng hewan, dan bertaruh atas nasib para kontestan sembari menikmati penderitaan mereka.
Karakter VIP sebenarnya sudah muncul sejak musim pertama dan kala itu juga menuai kritik pedas. Di musim ketiga, mereka kembali hadir, kali ini dengan satu tambahan: seorang VIP perempuan, yang diperankan oleh aktris asal Hong Kong, Jane Wong.
Jane Wong, 38 tahun, dikenal melalui perannya di film Don't Go Breaking My Heart (2011) bersama Louis Koo dan Raging Fire (2021) bersama Nicholas Tse. Ia membenarkan keterlibatannya dalam Squid Game 3 lewat unggahan di Instagram.
"Ya — itu aku di Squid Game 3," tulisnya. "Merasa terhormat bisa menjadi bagian dari pengalaman luar biasa ini. Terima kasih telah melihatku, mendukungku, dan hadir bersamaku."
Meski demikian, respons penonton terhadap penampilan para VIP kembali negatif. Para aktor dianggap tampil kaku, dengan dialog yang dianggap “terburuk sepanjang seri”. Beberapa penonton bahkan menyebut keberadaan karakter tersebut merusak keseluruhan episode.
“Mereka punya dialog dan penyampaian paling buruk dalam seluruh serial. Begitu mengganggu sampai membuat kita terlempar dari cerita,” tulis seorang kritikus.
Namun, kesalahan itu tampaknya tidak sepenuhnya terletak pada para aktor. Daniel C. Kennedy, aktor asal Amerika yang pernah memerankan VIP di musim pertama, menjelaskan kepada The Guardian bahwa para aktor asing kerap berakting dengan dialog yang diterjemahkan secara kasar, bahkan menggunakan Google Translate, sehingga terdengar tidak natural.
“Sering kali kami tidak mendapat naskah lengkap. Hanya diberikan adegan kami saja, jadi kami tidak tahu seperti apa nada keseluruhan cerita,” ungkapnya.