Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6 Persen, Jokowi Targetkan 14 Persen

Redaksi | 26 Januari 2023 | 10:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di mana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022 diumumkan Kementerian Kesehatan pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1). Presiden Jokowi mengatakan dalam forum ini bahwa stunting bukan hanya urusan tinggi badan, tapi yang paling berbahaya rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit kronis.

"Sebab itu target yang saya sampaikan 14% di tahun 2024. Ini harus bisa kita capai. Saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bisa bergerak. Angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama," ucap Jokowi. Infrastruktur dan lembaga yang ada, lanjutnya, harus digerakkan untuk memudahkan menyelesaikan persoalan stunting. Dari lingkungan mulai dari air bersih, sanitasi, rumah yang sehat, ini kerja terintegrasi dan harus terkonsolidasi.

"Target 14% itu bukan target yang sulit, hanya kita mau atau tidak mau. Asalkan kita bisa mengonsolidasikan semuanya dan jangan sampai keliru cara pemberian gizi," ungkap Jokowi.

Hasil survei ini untuk mengukur target stunting di Indonesia. Sebelumnya Survei Status Gizi Indonesia diukur 3 tahun sekali sampai 5 tahun sekali. Menkes mengatakan mulai 2021 dilakukan setiap tahun.

Penurunan stunting ini terjadi di masa pandemi bukan terjadi di masa biasa. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengharapkan di masa yang normal tahun ini penurunan kasus stunting diharapkan bisa lebih tajam lagi, sehingga target penurunan stunting di angka 14% di 2024 dapat tercapai.

Dari jumlah, paling banyak penurunan angka stunting adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten. "Metode survei seperti ini sudah kita lakukan selama 3 tahun, bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Kita akan perbaiki ke depannya kalau bisa by name by address. Kita usahakan ke sana, tapi kita secara bertahap tetap memakai metode pengukuran yang memang sudah sebelumnya dilakukan," ungkap Menkes Budi.

Untuk mengejar penurunan stunting hingga 14%, artinya mesti turun 3,8% selama 2 tahun berturut-turut. Caranya mesti dikoordinasi oleh BKKBN dan berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain. Standard WHO terkait prevalensi stunting harus di angka kurang dari 20%. Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik melalui 2 cara utama, yakni intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia 6 sampai 2 tahun.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, Rakernas ini bertujuan mensukseskan Perpres nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dengan 5 pilar. Pilar pertama, komitmen, pilar kedua pencegahan stunting, pilar ketiga harus bisa melakukan konvergensi. Pilar keempat menyediakan pangan yang baik, dan pilar kelima melakukan inovasi terobosan dan data yang baik. Inilah pilar yang kita tegakkan dan kami terima kasih kepada seluruh kementerian/ lembaga yang mendukung. Pak Menkes dengan menyediakan USG dan alat-alat ukur terstandar yang baik sekali, tutur Hasto.

Tahun sebelumnya, ada 2 juta perempuan yang menikah dalam setahun. Dari 2 juta setahun itu yang hamil di tahun pertama 1,6 juta, dari 1,6 juta yang stunting masih 400 ribu. Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan untuk 3 bulan sebelum menikah. Calon pengantin harus diperiksa dulu, kalau ada anemia dan kurang gizi, diimbau menunda kehamilan dulu demi kesehatan ibu dan bayi sampai gizi tercukupi.

Sumber: kemkes.go.id.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait