Mengintip Mahakarya Tiga Dimensi Kurt Wenner di Artphoria 2013

Khairiyah Sartika | 16 Desember 2013 | 15:33 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - SALAH satu diantara banyak hal yang menarik perhatian di pameran seni Artphoria 2013 merupakan kehadiran seniman asal Amerika Serikat, Kurt Wenner.

Pria yang mempopulerkan 3D Pavement Art atau Anamorphic Street Painting ini membawa  11 karyanya ke Indonesia untuk diperlihatkan kepada para pengunjung yang ingin menikmati sentuhan seni yang mempesona sekaligus menyenangkan.

Akan tetapi, karya Wenner bukanlah seni lukis atau gambar yang sekedar dipajang dan dinikmati begitu saja. Ada yang lebih istimewa.

Saat pertama kali melihat secara langsung karya-karya lulusan Rhode Island School of Design dan Art Center College of Design ini, mungkin terlintas kebingungan di benak Anda, "Mana efek tiga dimensinya?"

Namun setelah Anda melihat lebih seksama melalui teropong lensa yang telah disediakan, Anda dapat melihat sesuatu yang begitu menakjubkan. Gambar yang semula hanya berwujud satu dimensi dan cenderung tampak seperti lukisan yang digeletakkan di lantai, seketika berubah wujud menjadi sebuah karya seni tiga dimensi.

Ini semua ternyata disebabkan oleh ilusi optik yang tercipta dari alat khusus yang tersedia, sehingga memberi detil 3D pada setiap karya. Alat ini merupakan sejenis lensa yang dibuat khusus oleh Wenner menggunakan kaca datar, lapisan akrilik serta kandungan air dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

Setiap karya juga dihasilkan secara hand-made menggunakan pastel minyak yang dibuat sendiri menggunakan bahan-bahan khusus. Beberapa judul karya yang dihadirkan di Artphoria 2013 antara lain, "The Tower", "Magic Carpet", "Shangrila", "The Moneypit", "Flying Over the Bosphorous" dan "Northwest Fantasy". Semua diinspirasi oleh tradisi seni dari Italia yang mencerminkan suatu upaya untuk menghubungkan dunia modern dengan masa lalu.

Bagi Wenner, seni tak cukup digambarkan melalui kata-kata. "Sangat penting untuk dipahami, bahwa kita memiliki ilusi yang mampu mengamati kemudian menggambarkannya. Jika banyak yang menganggap mata bekerja seperti kamera, sesungguhnya mata bekerja lebih seperti radar. Agar dapat melihat apapun, kita harus memproyeksikan keinginan kita."

Dibandingkan banyak seniman lainnya, Wenner membuat karya bukan tentang dirinya melainkan menciptakan sebuah lingkungan yang dapat dinikmati dan dirasakan oleh orang lain dan menjadikannya suatu hal yang edukatif.

"Bagi saya, walaupun menggunakan banyak teknik, seni tiga dimensi dapat memproyeksikan imaginasi dan menampilkan bagaimana seniman dapat menunjukkan lingkungan di sekitarnya dan mengkomunikasikan imaginasi tersebut ke seluruh dunia," ungkapnya saat ditemui di Ciputra Artpreneur Centre, Sabtu (14/12)

Pembuatan karya seperti ini membuat Wenner terus berimajinasi. "Dalam otak saya bisa ada 30 proyek yang sedang dibayangkan," jelasnya. "Saya mendesain seperti seorang arsitek, melihat hal dalam karya dalam ukuran sebenarnya, mengorganisir ruang dari satu sudut pandangan, lalu lensa yang digunakan berkonsentrasi terhadap titik keseluruhan informasi."

Sebelum memutuskan menjadi seniman, Wenner sempat bekerja sebagai scientific illustrator untuk NASA (National Aeronautics and Space Administration). Baginya, pekerjaannya memberikan dampak yang sangat penting terhadap karirnya sekarang beserta karya-karya yang telah dibuat.

Wenner juga tercatat sebagai salah satu seniman terakhir yang berhasil menggambar pesawat ruang angkasa untuk NASA. "Bekerja di Nasa membekali saya dengan kemampuan di bidang seni. Namun saya juga menyadari bahwa saya dapat menjadi orang terakhir yang dapat mendeskripsikan ini semua ke generasi berikutnya," jelasnya. Karena itu, ia tak segan membagi ilmu dan terus memberikan kontribusi di bidang pendidikan seni.

Karya tiga dimensi menakjubkan Wenner dapat disaksikan selama "Artphoria 2013" berlangsung, di Ciputra Artpreneur Center, Ciputra World 1 Jakarta, lantai 11 dari 14 Desember 2013 hingga 26 Januari 2014.

Penulis : Khairiyah Sartika
Editor: Khairiyah Sartika
Berita Terkait