KALEIDOSKOP 2013: 10 Film Indonesia Terbaik Tahun Ini

Wayan Diananto | 21 Desember 2013 | 08:09 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - BINTANG memilih 10 film Indonesia terbaik tahun ini. Sebagian memang kurang sukses secara komersial.

Beberapa judul malah terdengar ruwet di kuping. Bolehlah sesekali kita keluar dari jalur mainstream. Dari sepuluh film berikut, bisa jadi beberapa di antaranya belum sempat Anda saksikan. Kalau senggang, bolehlah Anda membeli DVD orisinalnya. Adakah satu dari 10 judul berikut ini favorit Anda? O iya, Pemeringkatan kami lakukan untuk masa putar Desember 2012 sampai Desember 2013.

Kemasukan Setan (Muhammad Yusuf untuk Bali Bumerang Films)
Sinopsis:
Eddy Arwana (Aldi Taher) terobsesi melihat lelembut. Ia mengunjungi tempat-tempat angker di Jawa. Dokumentasi pertamanya, di Kali Pemali, Brebes, Jawa Tengah pada 7 Januari 2010. Depresi lantaran ekspedisinya nihil, ia menggali makam Samsul Wahyudi (Dharani) yang wafat pada malam Jumat Kliwon. Eddy mengambil kafan Samsul.
Mengapa Keren? Inilah satu-satunya horor tulen tahun ini. Pada 42 menit pertama, dipaparkan kinerja Eddy membuat dokumentasi. Sensasi mistik didapat dari visual koleksi rekaman Eddy. Ketegangan dibangun perlahan sampai "tamu" yang ditunggu meneror tanpa ampun!
The Scariest Scene: Eddy membakar tali kafan yang membungkus jasad Samsul di atas basi. Kemudian sayup-sayup terdengar suara loncatan kaki di halaman depan losmen. Eddy beringsut (dengan membawa handy-cam). Dia melongok siapa tamu yang datang. O... o... siapa dia?

Cinta Brontosaurus (Fajar Nugross untuk Starvision)
Sinopsis: Ada dua “kutukan” yang menimpa Raditya Dika. Ditolak gebetan atau diterima lalu diputusin dalam waktu singkat. Repetisi “kutukan” membuat Dika skeptis menjalani hubungan. Ketika memacari Jessica (Eriska Rein), Dika bertanya-tanya, “Bisakah cinta kedaluwarsa?”
Mengapa Keren? Raja Galau di Twitter (dengan follower 6 juta) menginvasi bioskop. Debutnya dimulai bersama produser produktif, Chand Parwez Servia. Film ini tidak menggunakan metode slapstik, dialog yang menjurus ke porno, atau “main fisik”. Lelucon Dika lahir dari pendekatan ala Woody Allen. Dieksekusi dengan brilian oleh Fajar, menghasilkan penonton 900 ribu!
Tahukah Anda? Pada 10 Oktober lalu, Twitter dihebohkan kicauan Joko Widodo. Jokowi diam-diam menonton film Raditya Dika. Ia menulis status. "Nonton Manusia Setengah Salmon, lucu. Lucu banget. Kalau yang Cinta Brontosaurus lebih terpingkal-pingkal...." Wah!

Rectoverso (Marcella Z., Olga L., Rachel M., Happy S., Chaty S. untuk Keana Productions)
Sinopsis:
Rectoverso menyuguhkan lima kisah pendek: Malaikat Juga Tahu, Firasat, Cicak Di Dinding, Curhat Buat Sahabat, dan Hanya Isyarat. Diadaptasi dari novel karya Dewi Lestari.
Mengapa Keren? Tidak semua cerita pendek dalam Rectoverso ini kuat. Penataan film dengan teknik mencampur (ala film Dilema, 2012) membuatnya sangat bertenaga. Akting Dewi Irawan dan Lukman Sardi (Malaikat Juga Tahu) serta Acha di segmen Curhat Buat Sahabat begitu cair. Memamerkan penyuntingan yang lembut, naskah, dan effort pemain yang membekas di benak kita.
Adegan Favorit Kami: Mendapati kamar Leia (Prisia Nasution) kosong, Abang (Lukman) panik. Amarah yang termanifestasi dalam tangisan dan pukulan membuat Bunda (Dewi Irawan) tidak kuasa menjelaskan mengapa dan dengan siapa Leia pergi. Air mata penonton pun menggenang.

Sang Kiai (Rako Prijanto untuk Rapi Films)
Sinopsis:
Pemimpin pesantren Tebu Ireng, K.H. Hasyim Asy'ari (Ikranegara) ditangkap Jepang dengan tuduhan memicu kerusuhan di pabrik gula Cukir. Istri Hasyim, Nyai Kapu (Christine Hakim) mengungsi. Pesantren Tebu Ireng bergolak. Salah satu santri, Harun (Adipati) berupaya meredam keadaan yang kian genting.
Mengapa Keren? Karena terpilihnya film ini mewakili Indonesia di kompetisi Film Berbahasa Asing Terbaik, Academy Awards, jelas indikator betapa karya Rako layak diperhitungkan. Itu masih ditambah koleksi empat Piala Citra untuk kategori Tata Suara, Pemeran Pendukung Pria, Penyutradaraan, dan Film Terbaik!
Adegan Favorit Kami: Hasyim Asy'ari ditangkap Jepang dengan tuduhan memantik kerusuhan pabrik gula Cukir. Para santri melindungi dengan mengobarkan semangat jihad. Mereka yang berkerumun disirami bensin tentara Jepang. Korek api dinyalakan. Melihat murid-murid hendak dibakar, Hasyim membuat keputusan besar dalam hidupnya.

What They Don't Talk About When They Talk About Love (Mouly Surya untuk CineSurya)
Sinopsis:
Diana (Karina Salim) yang hanya bisa melihat dari jarak 2 cm memiliki hubungan sepi dengan ibu, Rima (Tutie Kirana). Di asrama, ia berteman dengan siswi tuna netra, Fitri (Ayushita). Fitri berteman dengan Dokter Hantu. Suatu hari, Edo (Nicholas Saputra), anak pemilik warung, Rima (Jajang C. Noer), memergoki Fitri ketika bercakap dengan Dokter Hantu.
Mengapa Keren? Film Indonesia pertama yang berkompetisi di Festival Film Sundance dan memenangkan NETPAC Award di Festival Film Rotterdam. Di luar penampilan Karina Salim yang mendapat pujian The Hollywood Reporter, jangan lupakan totalitas Ayushita sebagai gadis buta yang diperdaya kekasihnya. Penampilan terbaik Ayushita ada di film ini!
The Sweetest Scene: Dari celah pintu, Edo melihat perilaku bejat Lukman kepada Fitri. Setelah Fitri keluar ruangan, Edo menyentuh. Menggenggam tangannya. Ia menulis pesan huruf demi huruf. Bunyinya: Pacar. Kamu. Punya. Tompel. Edo ingin menjadi mata bagi Fitri. How sweet...

Noah: Awal Semula (Putrama Tuta untuk 700 Pictures)
Sinopsis: Ini dokumentasi yang direkam sejak 16 September 2012. Ariel dkk. membuka diri soal pecahnya Peterpan, skandal video, hidup di bui, momen bersama si kecil, pembebasan, penyakit David, dan segmen penutup yang mengejutkan.
Mengapa Keren? Teknik pengambilan gambar memakai perangkat gadget dan digital. Meski demikian, proyeksi di layar menghasilkan gambar sarat estetika. Noah berhasil memancing Ariel berterus terang. Durasi ideal 72 menit dan ending menawan menjadikannya dokumenter terbaik 2013.
Adegan Favorit Kami: Bisa tidaknya Noah comeback pascakejatuhan Ariel ditentukan dalam satu malam. Yakni, konser di MEIS Ancol. Pertanyaan ini terjawab lewat ending yang grande!

Belenggu (Upi Avianto untuk Falcon Pictures)
Sinopsis:
Dibuka dengan adegan Elang (Abimana Aryasatya) menumpang di mobil Jingga (Imelda Therinne). Saat masuk ke mobil, ia syok mendapati jasad Senja (Avrilla) dan ibunya, Djenar (Laudya Cynthia Bella) berada di jok belakang bersimbah darah. Djenar dan Senja tetangga Elang. Mereka tinggal di kota yang mencekam. Pembunuh berdarah dingin berkostum kelinci, berkeliaran di kota itu.
Mengapa Keren??Dua pertiga durasi berupa puzzle yang diacak Upi. Sepertiga sisanya berupa konfirmasi soal benar tidaknya puzzle tadi. Thriller genius ini ditopang akting nomor wahid Imelda, Abimana, dan Laudya. Semua elemen teknis film ini berada di level optimal! Ia meraih 13 nominasi Citra (dua di antaranya menang)!
The Bloody Scene: "Elang...," panggil Djenar dengan raut memohon pertolongan. Di belakang Djenar, laki-laki dengan kostum kelinci muncul, mengayunkan kapaknya bertubik-tubi. Djenar ambruk ke lantai bermandikan darah. Elang syok melihat tragedi di hadapannya.

Habibie & Ainun (Faozan Rizal untuk MD Pictures)
Sinopsis:
Awalnya, Habibie (Reza Rahadian) menyebut Ainun (Bunga C. Lestari) yang berkulit cokelat sekusam gula Jawa. Bertahun kemudian, mereka bertemu dalam suasana berbeda. Ainun seputih dan semanis gula pasir. Habibie-Ainun menikah. Perjalanan cinta mereka hingga Ainun mangkat menyiratkan kesejatian.
Mengapa Keren? Wajah dan postur Reza yang sama sekali tidak mirip Habibie memperlihatkan gestur yang membuat semua orang percaya dialah Habibie! Lagu “Cinta Sejati” merangkum cerita dan menjadi hit sepanjang 2013. Cinta sejati adalah cinta Habibie-Ainun. Habibie-Ainun itu bukti otentik cinta sejati itu ada! Dirilis 20 Desember 2012 dan bertahan di bioskop hingga April 2013. Di Solo, film ini diputar ulang karena permintaan pasar. Kurang apa coba?
Quote to Remember: "Ainun, kamu ingat ini hari apa? Ini hari ulang tahun pernikahan kita...," ucap Habibie kepada Ainun yang terbaring koma di rumah sakit. Dan penonton pun menangis.

Sokola Rimba (Riri Riza untuk Miles Films)
Sinopsis:
Butet Manurung (Prisia Nasution) bekerja lembaga konservasi alam Wanaraya. Suatu hari, ia pingsan di hutan dan diselamatkan anak bernama Bungo (Nyungsang), dari hilir Sungai Makekal. Butet penasaran, mengapa Bungo berjalan sejauh itu membututinya?
Mengapa Keren? Sejak Laskar Pelangi sukses, film dengan premis pendidikan bisa mengubah nasib bermunculan. Sokola berbicara dengan teknik beda. Keberhasilan pendidikan yang paling hakiki adalah membebaskan murid dari buta aksara. Inilah yang membuat Sokola menjadi salah satu film inspirasional tahun ini. Lembut menyentuh lubuk hati.
Adegan Favorit Kami: Setelah mengenal aksara dan menjodohkan beberapa aksara menjadi kata untuk dibaca, Bungo mengambil surat yang selama ini isinya tidak terpahami. Ia membaca surat yang ternyata isinya menyengsarakan warga pedalaman. Butet meneteskan air mata.

Soekarno (Hanung Bramantyo untuk MVP Pictures)
Sinopsis: Kusno (Emir Mahira) diruwat menjadi Soekarno (Ario Bayu). Nasihat Tjokroaminoto bahwa pemimpin harus bisa menggenggam hati rakyat menginspirasinya berjuang dengan Hatta (Lukman Sardi) dan Sjahrir (Tanta Ginting). Di luar karier politiknya, Soekarno digugat cerai sang istri, Inggit (Maudy Koesnaedi). Lalu, ia menikahi Fatmawati (Tika Bravani).
Mengapa Keren? Hanung sukses memanusiakan karakter Soekarno. Tidak dikultuskan sebagai sosok tanpa cela. Begitu pun Inggit, Fatmawati, Hatta, dan karakter pendukung lainnya. Film ini menggariskan standar baru untuk film biografi generasi berikutnya. Skenario bernas, chemistry antarkarakter, dan elemen teknis mumpuni menjadikan Soekarno karya terbaik Hanung saat ini.
Adegan Favorit Kami: Inggit tak mau diduakan. Ia menggugat cerai dan meninggalkan rumah. Soekarno ingin mengantarnya pulang ke Bandung. Inggit menolak. Bagi Inggit, tugasnya untuk mengantar suami ke pintu gerbang impian sudah selesai. Inggit memasangkan peci ke kepala Soekarno sebagai tanda bakti yang terakhir kali. Sungguh dramatis!

Foto-foto: Dok. Bintang Indonesia


(wyn/adm)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait