Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck: Tenggelam di Perairan Pop

Wayan Diananto | 24 Desember 2013 | 20:29 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - APA yang dilakukan Soraya Intercine Films lewat 5 Cm. tahun lalu, pencapaian besar.

Bersama Donny Dhirgantoro, Nidji, dan penata kamera Yudi Datau, film ini merangkul 2,4 juta penonton dan pengakuan dari banyak festival.

Setahun berlalu, Soraya kembali dengan drama kolosal Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dari novel era sastra klasik karya Haji Abdul Malik Karim Amarullah (Hamka).

Kesan pertama usai menonton, kentara sekali upaya mempertemukan aliran "pop" dengan aliran klasik. Konfigurasi pemain menempatkan Herjunot dan Pevita Pearce. Keduanya, pernah bertemu di 5 Cm. Ditambah Reza Rahadian. Akting ketiganya di garda depan tak mengecewakan.

Chemistry Pevita-Herjunot diuji durasi. Satu yang tak terlupakan, adegan Zainuddin (Herjunot Ali) saat meluapkan emosi sakit hati ditinggalkan Hayati (Pevita). Dialog yang dalam novel sepanjang tiga halaman, dilontarkan Herjunot dalam satu adegan! Kalau bukan Herjunot, adegan ini bisa jadi bumerang bagi karya Sunil. Berikutnya, pertemuan Zainuddin-Hayati di rumah sakit yang sangat emosional.

Kejutan lain, penampilan pemain keyboard Nidji, Randy sebagai Muluk. Preman yang menginsafi bagaimana memperjuangkan hidup agar tetap hidup. Ia satu-satunya pelumer kisah drama yang ditutur kelewat syahdu. Reza? Seperti biasa, stabil dan berhasil memanusiakan karakter Aziz. Di tangan Reza, Aziz memenuhi tujuan sebagai antagonis realistis, sedikit oportunis. Tak terjebak stereotipe antagonis.

Film Tenggelamnya... tenggelam di perairan pop. Setelah barisan pemain ngepop tadi memenuhi "takdir", elemen lainnya menenggelamkan Tenggelamnya... ke dalam arus pop yang kurang wajar. Musik kurang selaras dengan nyawa film. Empat nomor baru Nidji terasa sangat ngepop. Saat lagu mengalun, suasana terasa sedikit timpang meski larik lirik sejalan dengan adegan yang digulirkan.

Berikutnya, latar rumah keluarga Aziz. Entah mengapa, rumah bernuansa klasik itu terasa sangat modern. Pun rumah baru Zainuddin di paruh kedua film. Sofa, desain tiang, meja kaca, menurut kami mendahului zaman. Pendekatan suasana pesta yang digelar Zainuddin di rumah itu terasa mengadopsi The Great Gatsby (Baz Luhrmann, 2013). Yang paling disayangkan, adegan kapal karam yang kelewat sebentar. Padahal adegan ini paling dinantikan banyak orang.

Ibarat penyanyi, begitu album pertama meledak, maka di album berikutnya, ia merekrut musisi yang dulu memperkuat debut albumnya. Sukses dengan 5 Cm., Soraya kembali menarik mereka yang mengantar 5 Cm. menuju kesuksesan. Tidak salah. Hanya, belum tentu semuanya tepat sasaran.

Tiada film sempurna. Paling tidak, melalui Tenggelamnya... , Sunil dan segenap kru menunjukkan keseriusan menghormati kebesaran Hamka. Dan Tenggelamnya... bukti kecintaan kepada sastra dan film Indonesia.***

Pemain: Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Randy, Gesya Shandy, Jajang C. Noer
Produser: Ram Soraya, Sunil Soraya
Sutradara: Sunil Soraya
Penulis: Donny Dhirgantoro, Imam Tantowi, Riheam Junianti, Sunil Soraya
Produksi: Soraya Intercine Films
Durasi: 165 menit
Foto: Dok. Soraya Intercine Films

Tebak-tebakan, Yuk! Tahukah Anda bahwa novel The Hobbits dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dirilis pada tahun yang sama? Tahun berapa, hayo!

A. 1929
B. 1937
C. 1945
d. 1950

(wyn/ade)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait