Nongkrong Asyik di Kilo, Interaksi Pengunjung dan Pihak Restoran Hangat Sekaligus Nyaman

Redaksi | 26 Agustus 2022 | 02:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ucapkan selamat tinggal pada rumah makan yang sekadar menyajikan apa yang kita pesan tanpa memperhatikan kenyamanan dan keakraban. Kilo, restoran yang berlokasi di Jakarta, Bali, dan Singapura hadir lagi dengan semangat baru yang diterjemahkan lewat ruang untuk interaksi lebih dekat. Wine Bodega, Seafood Counter, berbagai pilihan Dry Aged dan Cured Meats adalah elemen terbaru yang disajikan Kilo Jakarta. Konsep baru ini fokus pada layanan kelas atas yang menciptakan keleluasaan, kedekatan rasa dan situasi nyaman.

Di Wine Bodega, Anda menemukan berbagai pilihan wine dari new world wines, old world, biodynamic, organic, dan natural wines dengan harga yang bervariasi. Seafood Counter mempersilakan tamu melihat pilihan makanan laut segar dan musiman yang disuguhkan Kilo setiap hari. Dari lobster, kaki kepiting raja, ikan, kerang, hingga tiram lokal dan internasional. Dry Aging Chiller memungkinkan Anda menemukan potongan daging dari Wagyu Sirloin, Rib-Eye, Aged Porter House dan steak Tomahawk. Hadir dengan berbagai pilihan mentega dan saus, pengunjung bisa pilih sendiri sesuai selera.

Direktur Kuliner Kilo Chef Jethro Vincent menjelaskan konsep baru ini tidak mengubah identitas inti Kilo. Elemen dan komponen baru di racik ulang dan dikuratori Chef Jethro Vincent. Menunya menawarkan cita rasa baru yang menarik, khas, familier dan tak lekang oleh waktu untuk menghormati 10 tahun sejarah Kilo sebagai restoran. “Rasa adalah pemikiran pertama saya. Bagaimana membawa rasa dan perspektif baru ke ranah kuliner Jakarta. Saya senang dengan perubahan Kilo Jakarta dan berharap orang-orang menyukainya juga,” ungkap Chef Jethro lewat siaran pers yang kami terima pekan ini.

Beralih ke menu minuman, kualitas dan rasa Kilo tidak perlu diragukan lagi. Di departemen ini, ada mixologist Gede Harris, dengan pengalaman 7 tahun di perusahaan. Ia menghadirkan rangkaian menu yang memadukan bumbu tradisional dengan sentuhan klasik. Ia juga bermain dengan suhu rendah dan menggunakan gelatin sebagai bahan bakar. Ini untuk meminimalkan pemborosan dalam menghasilkan produk akhir. Mampir, yuk!

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait