Membaca Pilihan Politik Ahok Setelah Bebas dari Penjara

TEMPO | 29 Januari 2019 | 11:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - ADA dua hal yang menjadi bahan perbincangan setelah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bebas. Pertama adalah soal rencana pernikahan dia dengan Puput Nastiti Devi. Dan yang kedua adalah spekulasi seputar karir politik Ahok setelah ini.

Untuk rencana yang pertama, Ahok rasanya tinggal menghitung hari saja. Namun, untuk kemana pilihan Ahok akan berlabuh dalam dunia politik, masih belum gamblang. Beberapa hari sebelum Ahok bebas pada 24 Januari 2019, Teguh Samudera, pengacara Basuki, mengatakan sudah ada tawaran kepada kliennya untuk bergabung ke partai politik.

Salah satu yang kuat, kata Teguh, adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. “Sejak awal Pak Ahok memang dekat dengan Ibu Megawati” kata Teguh kepada Tempo pada Rabu, 23 Januari 2019.

Politikus PDIP, Djarot Syaiful Hidayat, bahkan terang-terangan mengatakan BTP--begitu Ahok pernah minta disapa setelah keluar dari penjara--bakal bergabung dengan partainya. "Kalau masuk partai, dia memilih PDIP," kata Djarot saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta, Selasa, 22 Januari 2019.

Djarot mengatakan, Ahok sudah memiliki keinginan untuk masuk PDIP. Sebab, kata Djarot, Ahok menganggap partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri itu paling tegas dan setia pada Pancasila. Djarot pun menceritakan Ahok pernah bertanya apakah dirinya boleh bergabung bersama PDIP.

"Saya jawab boleh dong. Karena PDIP itu partai terbuka. Semua WNI boleh. Tidak memandang agama, suku asalkan syarat ideologi sama, UUD, Bhineka, NKRI harga mati," kata mantan Wakil Gubernur DKI ini.

Menurut Djarot, Basuki sebetulnya sudah lama memiliki keinginan masuk PDIP sejak memimpin Belitung Timur. Ahok, kata Djarot, pernah ditawari bergabung dengan PDIP oleh almarhum Taufik Kiemas, suami Megawati. Hal itu pun menjadi bukti bahwa kedekatan Ahok dengan PDIP sudah terjalin cukup lama.

Djarot menuturkan, Ahok enggan menjadi pengurus struktural PDIP. Bahkan, Basuki tak berkeinginan menjabat sebagai ketua. "Dia ngomong ke saya enggak mau jadi pengurus, jadi anggota biasa saja. Yang penting karena bisa bantu," kata dia.

Djarot mengatakan bahwa syarat bergabung dengan PDIP cukup mudah. Sebagai Ketua DPP Bidang Organisasi PDIP, Djarot menyebutkan syaratnya hanya mengirimkan identitas diri dan menyatakan kesanggupan untuk setia pada Pancasila dan NKRI.

Bukan hanya soal bergabung dengan partai, Basuki bahkan dikabarkan siap mendukung Jokowi - Ma’ruf Amin dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019. Penyanyi jazz Teuku Adifitrian alias Tompi yang bertemu BTP di Mako Brimob sepekan sebelum ia bebas mengatakan sempat bertanya soal dukungannya dalam Pilpres.

"Dia bahkan bilang siap naik panggung kampanye untuk Pak Ma'ruf Amin," kata Tompi kepada Tempo, Rabu malam lalu. "Dia mengatakan tak ada dendam kepada Ma'ruf Amin."

Dalam pertemuan sekitar satu setengah jam tersebut, Ahok mengaku berhutang budi kepada Ma'ruf, yang juga mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Ahok juga bersyukur bisa belajar menaklukkan diri sendiri selama menjalani hukuman sekitar 2 tahun. "Jadi sudah benar saya disekolahkan di sini," ucap Tompi menirukan Ahok.

Ma’ruf Amin merupakan salah satu saksi ahli yang memberatkan Basuki dalam sidang penistaan agama pada 2017 lalu. Bahkan, Ma’ruf Amin yang merupakan ketua MUI ini menerbitkan fatwa yang menyatakan bahwa pernyataan Ahok tentang Surat Al-Maidah adalah penistaan agama. Fatwa ini yang menjadi pegangan beberapa kelompok mendesak Basuki diseret ke meja hijau.

Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bisa menambah efek elektoral terhadap Calon Presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi.

"Memang isu penodaan atau penistaan agama akan dipakai kembali menyerang Jokowi," kata Ray Rangkuti pada Jumat, 25 Januari 2019. "Tetapi dalam perkembangannya penggiringan isu semacam ini hanya ramai di kalangan pemilih salah satu calon presiden, jadi tak akan mempan."

Sementara untuk pemilih mengambang, kata Rangkuti, isu Ahok penista agama tak memiliki pengaruh besar. "Malah bisa jadi faktor menambah suara sebab makin banyak yang tersadar bahwa isu sara dan identitas itu lebih banyak bermotif politik," ujar dia.

Secara pilihan partai, Rangkuti menilai hanya PDIP dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang pas untuk Ahok. Baik secara karir maupun secara ide-ide politik,

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai, Ahok tak akan pernah pensiun dari politik praktis pasca peristiwa yang menderanya. Kendati demikian, dia memprediksi Ahok tidak akan tergesa-gesa kembali ke dunia politik.

"Sepertinya BTP berdiam dulu sejenak, tak mau ikut ikutan, menjadi bagian dan beban pada Pilpres 2019. Pasca pilpres 2019, BTP mungkin probalitasnya bergabung menjadi kader PDIP lebih besar dan kembali ke gelanggang politik praktis," kata Pangi mengomentari soal Ahok saat dihubungi Tempo, Jumat, 25 Januari 2019.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor : TEMPO