Pidi Baiq Ungkap Awal Mula Lahirnya Novel Dilan

TEMPO | 20 Februari 2018 | 07:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Popularitas film Dilan 1990 melahirkan berbagai spekulasi tentang siapa sosok di balik dua tokoh utama film tersebut, Milea dan Dilan. Di media sosial, pengikut Pidi Baiq, sang penulis buku dan sutradara Dilan, sering mempertanyakan kabar terbaru dua tokoh yang telah dibenarkan Pidi berasal dari kisah nyata itu. 

Sebuah akun Twitter yang mengklaim diri sebagai Milea Adnan dan sejak 2015 sering mencuit seolah-olah dialah Milea asli telah diikuti oleh lebih dari 40 ribu orang.

Atas semua spekulasi itu, Pidi Baiq menegaskan bahwa dia tak akan mengungkap identitas tokoh asli Dilan dan Milea. "Mari kita hargai keinginan Dilan dan Milea yang tidak ingin asli dirinya diungkap. Biar lah tetap menjadi rahasia," unggah Pidi di akun Instagramnya, dua pekan lalu.

Kepada Tempo, Pidi Baiq menjelaskan lebih jauh cerita di balik buku dan film Dilan 1990, termasuk bagaimana ia memilih dua pemeran remaja, Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla.

Dari mana ide cerita buku Dia adalah Dilanku Tahun 1990?

Awalnya dari mana, saya kurang tahu. Ingatnya, saya mau menulis karena dibantu Milea Adnan Husain itu. Dialah yang menjadi narasumbernya. Milea curhat. Dari obrolan, melantur ke mana-mana. Kemudian saya menghubungi orang-orang yang terlibat, tanya benar apa enggak.

Seperti wartawan untuk meluruskan cerita?

Saya memang wartawan. Saya tidak tertarik membuat novel yang mengarang-ngarang. Kalau ngarang suka jadi lebay. Biar orang lain saja, saya tidak mau melakukannya.

Apakah nama Dilan dan Milea memang sesuai dengan tokoh aslinya?

Dilan dan Milea itu nama karangan. Di novel itu nama-nama disamarkan. Sebelumnya saya konfirmasi ke pelaku apakah mau nama asli atau samaran yang ditampilkan.

Jadi cerita Dilan dan Milea ini nonfiksi?

Bisa dianggap fiksi ataupun nonfiksi. Tergantung setiap orang mau percaya atau tidak.

Apakah ada pengalaman pribadi Anda yang masuk cerita ini?

Saya pikir setiap orang pada saat yang sama punya cerita yang sama. Jadi, ya, saya sebetulnya tidak bisa mengidentifikasi terlibat atau tidak, mengalir saja.

Ada anggapan pilihan nama Dilan dan Milea terlalu keren untuk remaja Bandung tahun 1990.…

Kan, saya menulisnya di zaman sekarang. Jadi sah-sah saja. Untuk membuat nama tokoh kan harus tidak umum sehingga mudah diingat. Misalnya, saya merasa takjub pada keputusan Allah memberi nama Muhammad, nama yang sebelumnya tak pernah ada. Itu keren. Dialah yang memulai nama itu.

Mengapa karakter Dilan, baik di buku maupun di film, terasa sangat kuat, sementara Milea tidak terlalu tergambar karakternya?

Karena yang bercerita kan Milea tentang Dilan. Kan, umumnya juga seperti itu, orang lebih suka menilai orang lain daripada dirinya sendiri. Selain itu, Milea tidak ingin beberapa karakternya ditulis, saya harus hormati itu.

Bagaimana dengan pemilihan pemeran Dilan dan Milea?

Semuanya berasal dari intuisi. Saya pilih Vanesha Prescilla (pemeran Milea) setelah ketemu dia di kafe The Panas Dalam dua tahun lalu. Dia sedang mengobrol dengan teman perempuan. Pas saya lihat, kok kayak Milea, ya? (Saya tanya) Kamu siapa? Sasa. Penyedap masakan? Bukan, Vanesha. Dia di Bandung karena sedang mengantar kakaknya, Sissy Priscillia, yang waktu itu launching Ada Apa dengan Cinta 2. Lalu saya tanya lagi, tahu buku Dilan? Tahu. Kamu tahu siapa saya? Enggak. Akhirnya saya tanya mau enggak jadi model klip video Dilan.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor : TEMPO