5 Kesalahan Orang Tua yang Harus Dimaafkan Oleh Setiap Anak

Alam Mary | 12 April 2024 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Momen Lebaran telah lewat. Ritual bermaaf-maafan sudah dilakukan. Termasuk kepada orang tua. Hari berlalu, namun rasa trauma masa kecil nyatanya masih membayangi. Ini adalah tanda nyata Anda belum sepenuhnya memaafkan orang tua atas apa yang telah mereka lakukan kepada Anda dulu.

Menuntut orang tua agar secara terperinci meminta maaf atas kesalahannya dulu hampir pasti tidak mungkin. Karena kebanyakan kesalahan pun terjadi tanpa disadari. Dan kebanyakan orang tua tidak merasa bahwa apa yang mereka lakukan dulu salah. Terlebih jika saat ini usia orang tua juga sudah termasuk sepuh. Meminta maaf kepada anak dengan benar menjadi semakin sulit dilakukan karena banyak faktor. 

Sama halnya seperti Anda yang mungkin kini sudah menyandang status orang tua. Selalu yakin hanya berbuat yang terbaik untuk anak-anak, bukan? Padahal belum tentu penerimaannya sama positif di hati anak.

Maka sewajarnya, kita sebagai anak yang berusaha lebih dulu memaafkan orang tua. Jangan menundanya lagi demi kesehatan mental kita sendiri ke depannya. Mumpung masih diberikan kesadaran dan kekuatan untuk berlapang dada. Berikut 5 kesalahan utama orang tua yang paling sering dilakukan, kebanyakan secara tidak sengaja, namun paling menyisakan trauma.

1. Membesarkan Anda dengan membawa trauma masa kecil mereka sendiri yang belum terselesaikan. 

Jika saat ini Anda merasa membawa luka batin yang disebabkan orang tua, pun demikian hal yang terjadi pada orang tua Anda. Mereka juga mengasuh dan membesarkan Anda dengan membawa luka batin yang berasal dari orang tuanya. 

Anggaplah dengan kesadaran ini, Anda menjadi pemutus siklus tak berkesudahan terkait luka batin. Jadilah pemaaf dan mulailah menjadi orang tua yang mengasuh anak-anaknya dengan tanpa membawa luka batin. 

2. Membesarkan Anda di tengah-tengah pergulatan, rasa sakit, kecemasan, dan rasa takut mereka sendiri. 

Setiap orang memiliki perjuangannya sendiri. Jika orang tua tidak dalam kondisi mental sehat saat membesarkan Anda dulu, yakinlah bahwa semua tidak mengurangi perasaan sayang yang mereka miliki untuk Anda. 

Maafkanlah, sebagaimana Anda berharap anak-anak kelak akan memahami perjuangan Anda sebagai orang tua.

3. Tidak mengajarkan Anda keahlian khusus, karena tidak ada juga yang pernah mengajarkan kepada mereka sebelumnya.

Saat ini Anda merasa tidak cukup cakap dalam beberapa hal yang ternyata penting dalam kehidupan. Seperti kemandirian, kegigihan, kemampuan bersosialisasi, dan lain-lain. Dan Anda merasa segala kekurangan tersebut karena orang tua dulu kurang mengajarkannya kepada Anda. 

Maafkanlah mereka. Karena orang tua pun tidak cukup dibekali banyak pengetahuan oleh orang tuanya dulu. Zaman dulu jelas berbeda dengan masa sekarang di mana setiap orang dapat secara mandiri mendapatkan banyak pengetahuan. 

4. Tidak mampu memahami Anda dengan baik karena mereka memang tidak memiliki kapasitas tersebut.

Mungkin Anda merasa lebih banyak tahu mengenai ilmu parenting jika dibandingkan dengan orang tua. Namun perlu diingat, bahwa saat itu, ilmu pengetahuan cukup sulit diakses bebas. Ketika itu, hanya orang-orang yang menimba ilmu secara khusus yang memahami pola pengasuhan anak yang lebih baik. 

Maka maafkanlah orang tua. Terus berandai-andai jika saja dulu orang tua lebih memahami ilmu parenting, itu sama saja dengan menyiksa diri sendiri dengan harapan kosong. 

5. Kesulitan dalam mengekspresikan emosi karena mereka sendiri tumbuh di bawah pengasuhan orang tua yang sama kesulitan dalam hal emosi. 

Anda merasa hubungan dengan orang tua sebatas hubungan darah. Tidak ada kedekatan emosi yang salah satu tandanya adalah tidak pernah terjadi obrolan mendalam atau dari hati ke hati antara Anda dan orang tua. Baik saat dulu masih di bawah pengasuhan mereka, hingga kini Anda dewasa dan sudah memiliki keluarga sendiri.

Maafkanlah orang tua. Dan jadilah pihak yang lebih dulu mengekspresikan perasaan terdalam Anda kepada mereka. Tidak ada salahnya demi kelegaan hati Anda sendiri.

Penulis : Alam Mary
Editor: Supriyanto
Berita Terkait