12 Sikap Orang Tua yang Bisa Sebabkan Trauma Psikologis pada Anak

Alam Mary | 30 Maret 2024 | 13:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Banyak orang dewasa saat ini mengaku hidup dengan bayang-bayang trauma masa kecil yang sumbernya berasal dari orang tua sendiri. Trauma yang menyebabkan kehidupan mereka tidak berjalan dengan baik dan sehat. Penuh konflik batin, sering membuat pilihan-pilihan yang salah, hingga gangguan-gangguan mental serius.

Tentu saja, tidak ada orang tua yang mau menjadi sumber trauma anaknya sendiri. Terlebih jika mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, kebanyakan orang tua tidak mengetahui pasti sikap atau perlakuan yang mana saja dari mereka yang paling berisiko membuat anak trauma psikisnya. 

Semua yang dilakukan orang tua biasanya memiliki tujuan baik. Namun ada kalanya tidak demikian di hati anak yang menerimanya.

Morgan Pommells, seorang terapis trauma pada anak asal Kanada, membagikan 12 sikap orang tua yang paling berisiko membuat anak trauma. Jangan bayangkan hal-hal besar seperti tindak kekerasan atau penelantaran. 

Keduabelas sikap ini bahkan terkesan sepele dan sering dilakukan tanpa sengaja karena dianggap biasa saja. Namun Pommells dalam uraiannya sampai memohon agar para orang tua tidak melakukannya lagi. Dengan harapan tidak akan ada lagi anak-anak yang tumbuh dewasa dengan membawa luka batin.

1. Berteriak dan marah-marah kepada anak-anak begitu Anda tiba di rumah sepulang bekerja. 

2. Melakukan silent treatment kepada semua anggota keluarga, termasuk anak-anak, ketika sedang merasa gundah (sedih, marah, atau kecewa).

3. Membangunkan anak-anak di pagi hari dengan kasar dan suara yang keras.

4. Memperlakukan berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya, sehingga sangat jelas terlihat mana anak terfavorit, terutama pada anak laki-laki. 

5. Mengatakan hal seperti "Sepertinya aku ibu yang paling jahat" ketika anak bercerita jika mereka merasa terluka.

6. Menolak meminta maaf kepada anak walau jelas salah hanya karena alasan bahwa Anda adalah orang tua, jadi tidak ada keharusan minta maaf. 

7. Berharap seluruh isi rumah merasakan situasi tegang saat Anda sedang tidak enak hati atau bad mood.

8. Tidak membela ketika pasangan memperlakukan anak dengan salah atau bahkan mengandung kekerasan. 

9. Menjadikan anak sebagai pendukung emosi dan tempat Anda bergantung seperti terhadap pasangan. 

10. Memperlakukan anak dengan tidak adil dengan alasan dunia luar juga tidak adil dan Anda hanya sedang menyiapkan mental mereka. 

11. Melihat anak sebagai penerus atau perpanjangan Anda, padahal sebetulnya tidak. Anak adalah diri mereka sendiri dengan jati diri mereka yang berbeda dari orang tuanya.

12. Percaya jika anak-anak harus bersyukur dan berterima kasih karena Anda telah menyediakan makan dan tempat tinggal bagi mereka. Hei, itu sudah kewajiban Anda!

Sebagai penutup dari uraiannya, Pommells menegaskan jika yang anak-anak butuhkan bukanlah orang tua yang sempurna atau hebat. Melainkan orang tua yang dapat memberi rasa aman dan nyaman.

Penulis : Alam Mary
Editor: Supriyanto
Berita Terkait