3 Perbuatan Orang Tua yang Dapat Memperburuk Kondisi Speech Delay Anak

Alam Mary | 26 Mei 2024 | 19:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Speech delay atau keterlambatan bicara pada anak disebabkan banyak faktor. Beberapa penyebab paling umum antara lain karena anak mengalami gangguan pendengaran, tumbuh kembang yang lambat, dan disabilitas intelektual.

Orang tua yang melakukan penelantaran, kekerasan, hingga pengalaman traumatis bisa juga menyebabkan speech delay, namun sangat langka. Maka apabila ada pertanyaan, bisakah orang tua menyebabkan anak mengalami speech delay? Umumnya adalah "tidak".

Akan tetapi, orang tua bisa memperburuk kondisi speech delay anak. Terutama jika mereka "terlalu santai" dan tidak bergegas melakukan langkah-langkah efektif. Padahal anak sudah menunjukkan sebagian atau bahkan banyak tanda speech delay. "Nanti juga pintar sendiri kalau sudah waktunya", "Sabar saja", "Tumbuh kembang anak, kan beda-beda", dan lain sebagainya. Padahal kita semua tahu bahwa ada yang disebut sebagai panduan usia tumbuh kembang.

Ketika anak yang sudah menginjak usia 2 tahun belum memperlihatkan kemampuan bicara, sudah semestinya orang tua waspada. Karena kemampuan bicara anak pada umumnya sudah mulai muncul dan terus berkembang sejak mereka berusia 18 bulan. Dan beberapa kesalahan orang tua dapat memperburuk kemampuan bicara anak jika terus dibiarkan tanpa dibarengi bantuan ahli atau terapis wicara.

Berikut ini 3 kesalahan utama orang tua yang dapat memperburuk speech delay anak, seperti dilansir dari Expressable.

1. Mewakilkan anak untuk bicara 

Mungkin ada orang tua yang merasa gemas saat anaknya kesulitan mengungkapkan sesuatu lewat kata-kata. Alih-alih sabar mendengarkan, orang tua malah mengambil alih atau mewakilkan anak untuk berbicara. Kebiasaan seperti ini tanpa sadar melukai perasaan anak yang sesungguhnya sedang berjuang untuk berbicara. Tidak diberi kesempatan untuk berproses melakukan sesuatu sampai bisa pada akhirnya akan membuat anak malas dan menganggap usahanya sia-sia. 

Orang tua yang terlalu malas untuk bertanya apa maunya anak, seperti "Apa kamu mau minum?" atau "Baju apa yang mau kamu pakai?" dan malah duluan menyuguhkan minuman dan memilihkan pakaian tanpa persetujuan anak akan membuat anak merasa tidak ada gunanya berbicara atau berpendapat. Toh semua terpenuhi sendiri dan bahkan ada yang mewakilkan bicara tanpa perlu susah payah. 

2. Tidak pernah membacakan anak buku cerita

Membacakan cerita kepada anak yang bahkan belum lancar berbicara apalagi membaca bukanlah suatu hal yang sia-sia. Justru dari kebiasaan ini anak berkesempatan menyerap lebih banyak kosa kata. Tidak hanya itu, anak juga bisa sekaligus belajar mengekspresikannya lewat kalimat yang kompleks seperti dicontohkan orang tuanya saat membacakan cerita. 

Orang tua bisa mulai membacakan cerita kepada anak sedini mungkin. Tidak perlu merasa canggung jika respons anak yang masih bayi mungkin hanya melongo atau membelalakkan matanya. Teruslah membacakan dan lihat hasil perkembangannya yang akan membuat orang tua terharu.

3. Terlalu bebas dalam hal screen time, dari ponsel atau televisi

Jika anak sudah memperlihatkan tanda-tanda kesulitan berbicara, orang tua jangan malah memperparah dengan membebaskan screen time. Segera batasi, ketatkan aturannya, kalau bisa hilangkan sama sekali dari jangkauan anak. Fokuslah pada program untuk menstimulasi bicara anak. 

Orang tua bisa mulai dengan terus mengajak anak bicara walau responsnya belum seperti yang diharapkan. Permainan drama menggunakan boneka atau mobil-mobilan juga bisa dilakukan untuk memancing anak memahami interaksi. Satu hal yang perlu diingat, orang tua harus dapat mempraktikkan level bicara yang sesuai usia anak. Menggunakan kalimat yang terlalu kompleks, tidak to the point, dan atau terlalu cerewet tanpa jeda akan membuat anak frustasi.

Penulis : Alam Mary
Editor: Indra Kurniawan
Berita Terkait