Istilah Pribumi Menuai Kontroversi, Begini Penjelasan Anies Baswedan

TEMPO | 17 Oktober 2017 | 16:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Istilah pribumi yang diucapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam pidato perdananya menuai kritik. Pengeritiknya menilai istilah itu mengarah kepada sentimen rasial. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, Anies Baswedan memberi penjelasan.

Menurut Anies Baswedan, istilah pribumi" dalam pidatonya mengacu pada era kolonial. Dibanding kota lain di indonesia, Jakarta paling terkena imbas penjajahan. "Yang lihat Belanda dari dekat siapa? Jakarta," kata Anies Baswedan memberikan penjelasan. "Coba di pelosok-pelosok itu, tahu ada Belanda tetapi lihat depan mata? Eggak. Yang lihat di depan mata itu yang ada di Kota Jakarta," tambah Anies Baswedan.

Anies Baswedan menegaskan, istilah pribumi" yang dimaksud konteksnya masa kolonial. Jika istilah itu kemudian dianggap rasial, dia menuding ada media online salah menangkap isi pidatonya.

Pidato perdana Anies Baswedan sebagai gubernur disampaikan di balai kota, Senin malam di hadapan pendukungnya. Dalam pidatonya Anies Baswedan menyinggung perjuangan kaum pribumi melawan kolonialisme.

Anies Baswedan mengucapkan frasa "pribumi ditindas" yang kemudian oleh warganet dinilai bermuatan sentimen negatif kepada non-pribumi. Alasannya, istilah pribumi atau non-pribumi sudah dilarang digunakan berdasarkan Intruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998.

 

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor : TEMPO